Strategi Memperkuat AI di Dunia Pendidikan Tinggi

AI tidak bisa berdampak luas tanpa kolaborasi lintas sektor.

dokpri
Suyanto, Rektor Telkom University dan Guru Besar Kecerdasan Buatan
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof. Dr. Suyanto, Rektor Telkom University, Guru Besar Kecerdasan Buatan


Hari Pendidikan Nasional sebagai momen reflektif terhadap perjalanan dan cita-cita pendidikan nasional. Tema tahun 2025, 'Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua', menjadi pengingat bahwa kualitas pendidikan bukan hanya soal teknologi dan kurikulum, tetapi juga soal kolaborasi dan kesetaraan.

Dalam konteks ini, Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) hadir bukan semata sebagai sebuah inovasi di bidang teknologi, melainkan sebagai sarana kolektif untuk memperluas akses, meningkatkan mutu, dan memperkuat partisipasi semua elemen dalam pendidikan.

Sebagai Guru Besar dalam bidang AI sekaligus Rektor Telkom University, saya melihat langsung bagaimana teknologi ini mengubah cara kita belajar, mengajar, dan mengelola sistem pendidikan secara keseluruhan.

AI Membuka Akses Pendidikan Tinggi

Dalam satu dekade terakhir, AI telah berkembang pesat dan menjadi katalis utama transformasi di berbagai sektor, mulai dari industri, kesehatan, hingga pendidikan. Lompatan teknologi seperti machine learning, natural language processing (NLP), dan generative AI menjadi katalisator dalam mendefinisikan ulang cara manusia bekerja, berpikir, dan belajar.

Perkembangan AI membawa perubahan besar dan memainkan peran sentral dalam transformasi pendidikan tinggi di seluruh dunia, seperti yang dikembangkan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) melalui J-WEL (World Education Lab), telah mengembangkan berbagai platform pembelajaran berbasis AI seperti MITx dan edX. Tujuannya adalah untuk membuka akses AI global untuk pendidikan berkualitas. Prinsip mereka sederhana namun kuat: AI harus membuka akses, bukan menutupnya.

Sementara itu, University of Oxford, melalui Oxford Internet Institute, mengkaji AI dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya sebagai alat, tetapi sebagai fenomena sosial. Oxford meneliti bagaimana AI dapat mempersempit atau memperlebar kesenjangan pendidikan global. Mereka mengembangkan model pembelajaran berbasis data yang memperhatikan faktor budaya, ekonomi, dan akses teknologi. Inisiatif Oxford tidak hanya teknokratis, tetapi juga humanistik.

 

AI Sebagai Dasar Pendidikan di Indonesia dan Tantangannya

Integrasi AI dalam pendidikan bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan. Namun, keberhasilan implementasinya bergantung pada bagaimana kita menyiapkan ekosistem pendidikan yang adil, etis, dan inklusif.

Sebagai negara dengan potensi demografis besar, Indonesia memiliki peluang untuk memimpin transformasi pendidikan berbasis AI di kawasan Asia Tenggara. Dengan riset yang kuat, kebijakan yang bijak, dan kolaborasi lintas sektor, kita bisa membentuk masa depan pendidikan yang lebih cerdas, adil, dan manusiawi.

Di era ini, seseorang akan menjadi pemenang ketika memiliki kreativitas, humanisme, dan kemampuan untuk berkolaborasi dengan AI. Kampus pun begitu. Maka upaya strategis kami dalam menghasilkan lulusan yang unggul dimulai dengan menguatkan Telkom University sebagai kampus berbasis AI.

Di tengah antusiasme terhadap potensi AI, muncul pula berbagai tantangan yang menguji kesiapan institusi pendidikan dalam mengadopsi teknologi ini secara etis dan strategis. Beberapa tantangan utama yang kini dihadapi dunia pendidikan meliputi kesenjangan literasi AI di kalangan dosen dan mahasiswa, keterlambatan pembaruan kurikulum, persoalan etika dan privasi data, risiko plagiarisme akademik akibat penyalahgunaan teknologi AI, serta kesenjangan akses teknologi di berbagai wilayah.

 

Strategi Penguatan Berbasis AI di Telkom University

Menyadari pentingnya peran AI dalam masa depan pendidikan, Telkom University sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi dan inovasi terus mengambil langkah konkret dalam mengintegrasikan AI ke dalam ekosistem kampus.

Kami mengadopsi filosofi human-centered AI dalam semua penelitian dan pengembangan teknologi. Artinya, AI dikembangkan bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan untuk memberdayakan manusia menjadi versi terbaik dari dirinya.

Upaya pemanfaatan AI dilakukan untuk meningkatkan optimasi dalam tata kelola dan kebijakan universitas dan menghasilkan riset-riset berkualitas tinggi. Kami juga mendukung aktivitas tersebut dengan menghadirkan Komite AI dan Center of Excellence yang berkorelasi dengan AI, sebagai pusat kolaborasi antar dosen, mahasiswa, dan mitra industri.

Kolaborasi kami bersama berbagai instansi dan institusi, telah dan akan memanfaatkan AI secara bijaksana dalam memberikan pendidikan berkualitas untuk semua talenta tanpa memandang fisik, gender, suku, dan sebagainya.

Dalam hal ini kami menegaskan bahwa komitmen Telkom University terhadap inklusivitas dan kesetaraan akses dalam pendidikan. Melalui penerapan AI, kami ingin memastikan bahwa setiap individu, apapun latar belakangnya, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi dalam dunia akademik dan profesional.

Telkom University telah mereformasi kurikulum dengan mengintegrasikan AI ke dalam pembelajaran lintas disiplin. Mata kuliah seperti AI for Business, Machine Learning, dan AI dalam Industri Kreatif kini menjadi bagian dari program studi, tak hanya di Fakultas Informatika, tetapi juga Manajemen, Desain, dan Ilmu Komunikasi. Dengan demikian, diharapkan lulusan kami, apapun jurusannya, tetap memiliki sentuhan teknologi AI sehingga kompetensinya akan lebih mendekati kebutuhan industri.

Seperti yang diterapkan di Telkom University, melalui Opencourseware dan Open Library yang memberikan akses pembelajaran di Telkom University kepada masyarakat luas. Dengan begitu Telkom University menunjukan komitmennya dalam membuka akses pendidikan tinggi yang inklusif dan berkualitas melalui berbagai inovasi strategis.

Saya ingin kampus menjadi pelopor dalam membangun ekosistem AI yang sehat dan berkelanjutan. Karena AI bukan untuk menggantikan peran pendidik, tetapi untuk memperkuat proses pembelajaran yang lebih personal, efisien, dan inklusif. Di Telkom University, kami memandang AI sebagai mitra strategis dalam membentuk lulusan unggul dan berdaya saing global.

Dalam semangat tema Hardiknas 2025, saya menekankan bahwa AI tidak bisa berdampak luas tanpa kolaborasi lintas sektor. Dunia usaha, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat sipil harus bersinergi membangun ekosistem pendidikan berbasis data dan AI.

Tema Hardiknas 2025 ‘Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua’ bukan sekadar slogan. Ia adalah ajakan moral untuk menjadikan pendidikan sebagai gerakan kolektif. AI adalah alat transformasi, tetapi manusialah yang menentukan arah dan nilainya. Dengan partisipasi yang luas, dan pemanfaatan teknologi secara adil, kita bisa membentuk ekosistem pendidikan Indonesia yang inklusif, adaptif, dan unggul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler