Enam Dampak Perubahan Iklim yang Bikin Hidup Semakin Sulit

Banyak dampak iklim yang sudah terasa namun tidak diberitakan di media.

ANTARA FOTO/Seno
Sejumlah warga membawa wadah berisi air bersih yang didistribusikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo di Desa Selomukti, Mlandingan, Situbondo, Jawa Timur, Rabu (4/9/2024). BPBD Situbondo mendistribusikan air bersih ke delapan desa yang tersebar di enam kecamatan terdampak kekeringan dan kesulitan air bersih.
Rep: Lintar Satria Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perubahan iklim tidak hanya memicu peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan gelombang panas. Para ilmuwan menemukan bahwa kenaikan suhu bumi juga mempersulit kehidupan sehari-hari.

Baca Juga


Deputi Manajer Penelitian Komunikasi Perubahan Iklim di Yale School of the Environment, Jennifer Carman, mengatakan banyak dampak iklim yang sudah terasa namun tidak diberitakan di media. Misalnya, semakin memburuknya alergi dan semakin lamanya waktu untuk bepergian.

Carman menegaskan, memahami dampak perubahan iklim terhadap kehidupan sehari-hari dapat membantu masyarakat mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan. Terlebih, sekitar setengah warga Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka mengalami dampak perubahan iklim—dua kali lebih banyak dibanding satu dekade lalu.

“Kejadian ekstrem tidak akan memengaruhi semua orang. Namun, orang-orang mengalami dampak sehari-hari, setiap hari,” kata Carman seperti dikutip dari New Scientist, Selasa (13/5/2025).

1. Perubahan Iklim Menaikkan Harga Pangan

Peneliti Bank Sentral Eropa, Friderike Kuik, dan timnya menemukan bahwa kenaikan suhu akibat perubahan iklim turut berkontribusi pada inflasi harga. Kuik menganalisis keterkaitan antara suhu dan ribuan harga di seluruh dunia.

Mereka menemukan bahwa bukan hanya peristiwa cuaca ekstrem, kenaikan suhu rata-rata juga memicu inflasi—terutama di daerah yang lebih dekat dengan khatulistiwa.

Para peneliti memproyeksikan bahwa pada 2035, suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan harga berbagai komoditas sebesar 0,5 hingga 12 persen, tergantung jumlah emisi yang dihasilkan. Dampaknya bahkan dua kali lebih besar terhadap harga pangan karena sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan cuaca.

“Semua ketidakpastian ini membuat kita lebih sulit menanam makanan,” ujar Carman.

2. Pendingin Ruangan Semakin Umum dan Mahal

Kenaikan suhu menyebabkan penggunaan pendingin ruangan (AC) meningkat. AC harus bekerja lebih keras untuk memberikan efek yang sama, yang berdampak pada naiknya tagihan listrik—di luar kemampuan sebagian besar masyarakat.

Wilayah yang sebelumnya tidak membutuhkan AC, seperti London dan beberapa daerah di AS, kini harus memasangnya untuk pertama kali.

 

3. Kenaikan Suhu Mengurangi Jam Tidur

Peningkatan suhu juga mengganggu waktu tidur. Peneliti dari Fudan University, Renjie Chen, menganalisis lebih dari 20 juta jam tidur ratusan ribu orang di Cina.

Mereka menemukan bahwa kenaikan suhu 10 derajat Celsius pada malam hari membuat 20 persen responden kehilangan waktu tidur. Dalam skenario terburuk, warga Cina diperkirakan akan kehilangan 33 jam tidur per tahun pada akhir abad ini.

Penelitian serupa dilakukan Kelton Minor dari Columbia University. Mereka menganalisis data tidur puluhan ribu orang di 68 negara dan menemukan bahwa suhu malam yang lebih tinggi mengurangi jam tidur secara global, terutama dengan menunda waktu tidur. Dampaknya lebih parah dirasakan oleh masyarakat di negara panas dan miskin, serta kelompok perempuan dan lansia.

4. Perubahan Iklim Memperparah Polusi Udara

Kenaikan suhu juga memperburuk polusi udara, terutama partikel halus PM2.5. Penggunaan AC yang meningkat memicu permintaan listrik, sehingga mendorong penggunaan pembangkit listrik emisi tinggi atau peaker plants—yang umumnya masih berbahan bakar fosil.

Meski polusi dari bahan bakar fosil mulai menurun seiring bersihnya jaringan listrik, tren ini dapat terbalik akibat lonjakan asap kebakaran hutan yang makin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Sebuah studi menyebutkan bahwa peningkatan paparan asap ini dapat menyebabkan sekitar 700.000 kematian tambahan di Amerika Serikat pada tahun 2050.

 

5. Kenaikan Suhu Memperburuk Alergi

Tingginya konsentrasi karbon dioksida juga memperpanjang musim serbuk sari (pollen season) dan meningkatkan jumlah serbuk sari yang diproduksi, sehingga memperburuk alergi.

Carman mengatakan, berdasarkan penelitiannya, 38 responden mengaku bahwa alergi mereka semakin parah.

Musim serbuk sari adalah periode saat tanaman—terutama pohon, rumput, dan gulma—melepaskan serbuk sari ke udara sebagai bagian dari proses reproduksi.

6. Perubahan Iklim Memperlambat Sistem Transportasi

Perubahan iklim juga memperlambat sistem transportasi, baik penerbangan jarak jauh maupun perjalanan harian, yang menyebabkan miliaran jam waktu terbuang.

Penelitian Valerie Mueller dari Arizona State University menunjukkan bahwa banjir rob di pesisir timur AS telah meningkatkan waktu perjalanan kerja. Rata-rata pengemudi kini mengalami keterlambatan hingga 23 menit per tahun—dua kali lipat dari dua dekade lalu.

Penyebab utama keterlambatan ini adalah kenaikan permukaan laut, bukan badai ekstrem. Meski angkanya terlihat kecil per individu, total waktu yang hilang mencapai miliaran jam.

Diperkirakan, kenaikan muka air laut akan menambah keterlambatan hingga ratusan menit per tahun per orang dalam beberapa dekade mendatang. Keterlambatan juga meningkat pada sistem kereta dan penerbangan.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional mencatat bahwa keterlambatan akibat cuaca meningkat dari 11 persen pada 2012 menjadi 30 persen pada 2023. Bahkan saat penerbangan berlangsung, turbulensi yang lebih sering dan kuat akibat perubahan iklim membuat perjalanan udara semakin tidak nyaman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler