7 Negara Eropa Ini Kompak Bela Gaza: Kami tidak akan Tinggal Diam

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

AP Photo/Ariel Schalit
Tentara Israel mengerjakan tank dan APC di area persiapan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, Kamis, 15 Mei 2025.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA—Tujuh negara Eropa mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka tidak akan tinggal diam dalam menanggapi serangan Israel ke Jalur Gaza, Anadolu melaporkan.

"Kami tidak akan tinggal diam di depan bencana kemanusiaan yang terjadi di depan mata kami di Gaza. Lebih dari 50 ribu pria, wanita, dan anak-anak telah kehilangan nyawa mereka," kata Irlandia, Islandia, Luksemburg, Slovenia, Malta, Spanyol, dan Norwegia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Anadolu, Sabtu (18/5/2025).

Merekaa memperingatkan lebih banyak lagi orang yang akan mati kelaparan dalam beberapa hari mendatang karena blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza.

"Kami menyerukan kepada pemerintah Israel untuk segera membalikkan kebijakannya saat ini, menahan diri dari operasi militer lebih lanjut dan sepenuhnya mencabut blokade, memastikan bantuan kemanusiaan yang aman, cepat, dan tanpa hambatan untuk didistribusikan ke seluruh Jalur Gaza oleh para pelaku kemanusiaan internasional dan sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan."

Negara-negara tersebut mengutuk eskalasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur oleh Israel, termasuk kekerasan pemukim ilegal, perluasan pemukiman ilegal dan operasi militer Israel yang semakin intensif.

"Pemindahan paksa atau pengusiran rakyat Palestina, dengan cara apa pun, tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran hukum internasional. Kami menolak rencana atau upaya perubahan demografis semacam itu. Kita harus memikul tanggung jawab untuk menghentikan kehancuran ini," tegas mereka.

BACA JUGA: Ekspor Senjata ke Israel Terbongkar, Pemerintah Inggris Dituduh Berbohong

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengatakan bahwa lebih dari 250 warga Palestina telah terbunuh baru-baru ini ketika Israel menerapkan kebijakan "bumi hangus" di Gaza.

Hamas menuduh Israel melakukan "pembantaian yang mengerikan" dan melancarkan serangan tanpa henti di wilayah yang terkepung.

Menguatnya Dakwaan Genosida - (Republika)

 

Gaza Utara

Lebih dari 100 warga Palestina terbunuh dalam serangan-serangan Israel di Jalur Gaza bagian utara pada Jumat (17/5/2025) dini hari.

Sejumlah sumber mengatakan bahwa tentara Israel melancarkan "pembantaian mengerikan" yang mengincar warga sipil.

Mereka melaporkan sejumlah korban tewas ketika Israel menyerang sebuah ambulans di Kota Jabalia—insiden terbaru serangan terhadap fasilitas medis dan layanan kesehatan.

Baca Juga


Di antara para korban adalah Zaher Elayyan, kepala kepolisian di Kota Beit Hanoun, menurut kepolisian Gaza dalam pernyataannya.

Pernyataan itu mendesak masyarakat internasional untuk segera turun tangan dan menekan Israel agar berhenti mengincar personel kepolisian, karena mereka dilindungi hukum internasional.

"Sejak Jumat dini hari, tim penyelamat telah menemukan 50 jasad dari bawah reruntuhan, setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap 11 rumah di Gaza utara," kata Mahmoud Basal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza.

Dia menambahkan bahwa "lebih dari 50 orang lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan."

Menurut Basal, angka kematian sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau beberapa kawasan akibat pengeboman Israel yang terus berlanjut.

Pasukan Israel, kata dia, tidak hanya menyerang kawasan permukiman yang padat, tetapi juga menargetkan paramedis yang berupaya menyelamatkan korban dan membawa jenazah.

"Mayat-mayat masih tergeletak di jalan-jalan Beit Lahia, Jabalia, kamp pengungsi Jabalia, dan Beit Hanoun," kata dia. "Tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka karena intensitas serangan."

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sejak Jumat dini hari, 93 jenazah dan lebih dari 200 warga yang terluka "akibat pembantaian dan serangan Israel" telah dibawa ke rumah-rumah sakit.

BACA JUGA: Pakistan: Negara Islam dengan Nuklir Terbesar ke-7 Dunia, Israel Nafsu Ingin Hancurkan

Saksi mata mengatakan ratusan keluarga Palestina telah meninggalkan Beit Lahia di Gaza utara karena Israel terus menerus melakukan serangan udara dan artileri.

Beberapa keluarga terlihat mengungsi dengan berjalan kaki atau memakai gerobak yang ditarik hewan karena angkutan umum tidak ada akibat kerusakan jalan dan infrastruktur.

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengatakan lebih dari 250 warga Palestina telah gugur  dalam beberapa jam terakhir setelah Israel menerapkan kebijakan "bumi hangus" di Jalur Gaza.

 

Sementara itu, sebelumnya dilaporkan bahwa Israel telah menjatuhkan 100 ribu ton bahan peledak di Jalur Gaza sejak melancarkan genosida 19 bulan lalu, menewaskan atau menyebabkan lebih dari 62 ribu warga Palestina hilang, serta melakukan lebih dari 12 ribu pembantaian.

Pernyataan yang disampaikan kantor media pemerintah Gaza pada Kamis (8/5/2025), merinci statistik utama dari perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Disebutkan bahwa pengeboman Israel menyebabkan lebih dari 62 ribu warga Palestina gugur atau hilang, termasuk lebih dari 10 ribu orang yang masih terperangkap di bawah reruntuhan dengan nasib yang belum diketahui.

Israel telah melakukan lebih dari 12 ribu pembantaian, termasuk 11.926 terhadap anggota keluarga Palestina, yang sepenuhnya menghapus 2.200 keluarga dan 6.350 orang dari catatan sipil.

Serangan tersebut juga menargetkan pemakaman, dengan pasukan Israel mencuri 2.300 jenazah dari kuburan Gaza dan mendirikan tujuh kuburan massal di dalam rumah sakit, di mana 529 di antaranya telah ditemukan sejauh ini.

Terkait krisis kesehatan, kantor tersebut melaporkan lebih dari 2,1 juta kasus penyakit menular akibat pengungsian paksa dan runtuhnya infrastruktur kesehatan Gaza, termasuk 71.338 kasus hepatitis.

Penghancuran meluas ke infrastruktur keagamaan dan kemanusiaan, dengan pasukan Israel menghancurkan 828 masjid secara total dan 167 secara sebagian, menargetkan tiga gereja, serta menghancurkan 19 dari 60 kompleks pemakaman baik secara keseluruhan atau sebagian.

Sebagai bagian dari kebijakan kelaparan, Israel menyerang 66 fasilitas bantuan, termasuk 29 dapur amal dan 37 pusat bantuan, serta memblokir 37.400 truk bantuan dan bahan bakar sejak menutup perbatasan sepenuhnya lebih dari dua bulan lalu.

BACA JUGA: Negara Islam yang Ditakuti Israel Ini Peringkat ke-4 Hasil Tes IQ Tertinggi Dunia 

Israel telah melakukan serangan brutal terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 53 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya di wilayah Palestina itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler