Sulawesi Utara Jadi Contoh Indahnya Kebhinekaan
REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Grandfinalis Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar MPR Tahun 2015 yakni SMAN 1 Ciomas Banten, SMAN 1 Wonosobo Jawa Tengah, SMAN 1 Mojokerto Jawa Timur ditambah dengan SMA 2 Kristen Tomohon Sulawesi Utara, mulai tanggal 8 hingga 12 September melakukan studi di Kota Manado, Sulawesi Utara. Sesjen MPR Eddie Siregar mengatakan Sulawesi Utara dipilih menjadi tempat studi, karena di provinsi ini tidak pernah terjadi kerusuhan yang mengatasnamakan suku, agama, dan ras.
"Di sini dijunjung kebhinnekaan," ujarnya, Kamis (10/9).
Lebih lanjut dikatakan masyarakat di sini saling membantu satu sama lain. Ini bisa terjadi karena semua menghayati dan mengamalkan soal kebinnekaan. Adanya keberagaman diakui, dihargai, diterima sehingga semua dapat hidup berdampingan. Ketika daerah lain terjadi konflik sosial, masyarakat Sulawesi Utara tetap bersatu bahkan melawan perpecahan. Eddie mengatakan MPR sering melakukan studi di daerah toleransi. Selain Sulawesi Utara, tempat yang pernah dituju sebelumnya adalah Samosir, Sumatera Utara; dan Malang Jawa Timur. Di sana kebhinnekaan juga dijunjung tinggi dan masyarakat bisa hidup berdampingan.
Apa yang dikatakan Eddie dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Utara, Asiano Gemikawatu. Memilih Sulawesi Utara sebagai tempat studi merupakan hal yang tepat. Menurut dia, jika ada ungkapan Dari Sabang sampai Merauke maka dari Sulawesi Utara ada wilayah yang terluar di wilayah utara yakni Miangas sehingga dari sini adalah ungkapan Dari Miangas sampai Rote (NTT).
Sulawesi Utara menurut Asiano merupakan daerah yang memiliki catatan sejarah yang penting. Pada Abad XIX ada pahlawan nasional yakni Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol yang dibuang oleh penjajah ke Sulawesi Utara. Pada Awal Abad XX ada Sam Ratulangie yang berasal dari Minahasa Sulawesi Utara yang menjadi anggota BPUPKI. Dan pada Abad XX ada E. E. Mangindaan yang sekarang menjadi Wakil Ketua MPR yang menggagas Torang Samua Basuadara. Dengan catatan sejarah tersebut maka Asiano mengatakan sekali lagi, tak salah memilih Sulawesi Utara sebagai daerah studi toleransi.
"Di sini ada kultur kebersamaan," ujarnya.