Lakon Bima Suci Meriahkan Sosialisasi Empat Pilar di Boyolali
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- MPR bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jumat (7/10) menggelar pertunjukan wayang kulit di Gedung Ngeksipuro Kapujanggan, Desa Pengging. Pagelaran dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR ini menampilkan dalang Ki Dwijo Kangko, dengan lakon Bima Suci.
Pagelaran wayang ini sengaja memilih lakon Bima Suci. Lakon ini sangat sesuai dengan situasi yang cukup memprihatinkan sekarang ini. Tokoh Wrekudoro (BIma) dalam cerita wayang digambarkan sebagai pribadi yang tegas, jujur, dan berani. Karakter Wrekudoro, tidak suka membeda-bedakan dan dia melakukan sesuatu karena dia melihat adanya ketimpangan.
Meski cuaca kurang bersahabat, namun tak mengurangi minat para pecinta wayang kulit dari berbagai pelosok Kabupaten Boyolali dan sekitarnya tetap berduyun-duyun datang ke arena pertunjukan guna menyaksikan kesenian tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat Jawa tersebut.
Pagelaran wayang ini dibuka oleh Ketua Badan Pengkajian MPR Bambang Sadono atas nama Pimpinan MPR. "Wayang merupakan salah satu metode sosialisasi Empat Pilar, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," kata Kabag Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi, Biro Humas MPR Rharas Estining Palupi
Ketua Badan Pengkajian Bambang Sadono menyatakan, sosialisasi Empat Pilar ini masih perlu dilakukan. Mengingat sudah sekian lama Pancasila tidak lagi diajarkan di masyarakat, dan tidak lagi menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah, sehingga banyak menimbulkan keluhan di tengah masyarakat. MPR adalah lembaga satu-satunya mendapat amanat untuk melakukan sosialisasi ini.
Tapi, menurut Bambang Sadono, kalau hanya MPR yang melaksanakan sosialisasi maka tak akan bisa maksimal. Maka, MPR telah melakukan kajian, yang kesimpulannya, perlu lembaga khusus untuk melaksanakan sosialisasi Empat Pilar ini. Jadi, semacam BP-7 masa Orde Baru, dengan pemasyarakatan P-4.
Untuk masyarakat Boyolali, menurut Bambang, memang dipilih metode pagelaran kesenian daerah, wayang. Karena, menurut Bambang, untuk masyarakat Boyolali khususnya dan Jawa Tengah umumnya, memang lebih pas sosialisasi melalui pagelaran wayang kulit. Karena dilaksanakan dengan santai, tidak tegang.
"Melalui kesenian wayang bisa mendengarkan musik, bisa melihat sinden, bisa menyaksikan ketrampilan dalang dalam memainkan wayangnya," kata Bambang. Dan, dalang, menurut anggota DPD asal Jawa Tengah, mempunyai ketrampilan berkomunisasi yang mumpuni. "Sehingga pesan-pesan yang disampaikan melalui dalang mudah diserap masyarakat," katanya.