OSO: Mana Bisa Petani Makmur Kalau tidak Dibantu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Oesman Sapta membuka kegiatan Halaqoh Nasional Pertanian di Asrama Haji Pondok Haji, Jakarta Timur, Selasa (14/3). Bertema "Daulat Petani Daulat NKRI", Halaqoh Nasional Pertanian yang berlangsung dua hari hingga Rabu, (15/3) ini rangkaian kegiatan hari lahir ke-83 GP Ansor, diikuti seribu kader GP Ansor dari Jawa dan Madura.
Oesman Sapta mendapat kehormatan membuka kegiatan halaqoh ini, sekaligus menyampaikan materi Sosialisasi Empat Pilar MPR untuk para peserta. Oesman Sapta dalam pidatonya mengajak para pemuda Ansor untuk bangkit, kembali ke desa dan membangun desanya. "Kalau semua pemuda Ansor kembali kedesa dan membangun desanya, saya kira makmur negara ini," ujar Oesman Sapta.
Tapi, yang lebih penting lagi, kata Oesman Sapta, harus ada Undang-Undang Perlindungan Petani. "Kalau undang-undang itu belum ada sama saja bohong," katanya kepada pers.
Oesman Sapta juga menyinggung sepintas pertemuan Presiden dan para pimpinan lembaga negara di Istana beberapa saat sebelum dia menghadiri Halaqah Nasional GP Ansor ini. "Saya hadir sebentar, karena saya sudah janji dengan GP Ansor," katanya.
Ia menyatakan pertemuan Presiden dengan para pimpinan lembaga negara di Istana itu membicarakan soal kesenjangan sosial ekonomi. Menurut Oesman Sapta, karena di Indonesia 70 persen penduduk hidup dari pertanian. Itu artinya, mana mungkin ada kemakmuran kalau petani tidak dibantu.
Maka itulah pentingnya peran Bulog, misalnya, membantu petani dengan cara membeli hasil-hasil dari petani. "Jangan begitu musim paceklik beras tidak ada, akhirnya harus impor," ujar Oesman Sapta.
Halaqoh Nasional diselenggarakan oleh PP GP Ansor bekerjasama dengan Perum Bulog dan MPR memang punya kepentingan membicarakan masalah pertanian. "Karena mayoritas warga Nahdlatul Ulama (NU), termasuk di dalamnya Gerakan Pemuda Ansor, adalah petani," ungkap Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas.