OSO: Anggota MPR Harus Miliki Politik Kebangsaan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta Odang (OSO), hari ini melantik dua anggota MPR RI pengganti antar-waktu yakni Erwin TPL Tobing dan Jimmy Demianus Ijie.
Erwin menggantikan Karolin Margret Natasa yang mengundurkan diri dari keanggotaan DPR RI fraksi PDI-Perjuangan dan terpilih menjadi Bupati Landak, Kalimantan Barat. Sementara Jimmy adalah anggota MPR sisa masa jabatan tahun 2014-2019 mewakili PDI-P dari daerah pemilihan Papua Barat. Pelantikan ini dilakukan dalam rangka melaksanakan peraturan MPR RI agar para anggota dilantik mengucapkan sumpah dan janji sebagai anggota MPR pengganti antar-waktu.
Erwin merupakan mantan petinggi Polri dan Jimmy merupakan anggota aktivis. OSO, sapaan akrabnya, mengatakan keduanya kaya akan kreativitas dan wawasan untuk melaksanakan tugas kenegarawanan.
"Dari sisi konstitusional dan moral, setiap anggota MPR dalam berpolitik harus berpolitik kebangsaan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/7).
OSO mengatakan tidak masalah apabila anggota MPR berbeda asal daerah dan fraksi. Namun yang terpenting, lembaga pemusyawaratan memiliki satu tujuan yaitu Indonesia yang dicita-citakan. Indonesia yang dimaksud yakni yang memberikan jaminan setiap umat beragama dapat melaksanakan ibadahnya, memberikan rasa keadilan bagi setiap warga negara, dan tidak menciptakan kesenjangan dalam program pembangunan di seluruh wilayahnya.
Menurut dia, selama ini banyak pihak melihat pembangunan hanya berpusat di Pulau Jawa saja. Hal ini bisa menimbulkan kesenjangan dan sebagian masyarakat terusik rasa nasionalismenya. Namun yang patut disyukuri yaitu saat ini praktik pembangunan yang tersentral di Pulau Jawa sudah tidak terjadi lagi.
"Seperti pembangunan wilayah perbatasan di Kalimantan dan pembangunan pabrik-pabrik di Papua, serta perbedaan harga minyak yang Rp 80 ribu di Papua, menjadi sama harganya dengan di Jakarta hanya Rp 8.000," ujarnya.
OSO mengatakan, tugas politik kebangsaan dalam menghilangkan kesenjangan sudah tidak seberat dulu. Sayangnya, kesenjangan rasa kebangsaan di sebagian masyarakat masih terjadi. Dia berujar, ada sebagian masyarakat yang lengah, menurun, bahkan menghilang rasa nasionalismenya. Hal inilah yang bisa mengancam NKRI. "Indonesia tidak mungkin makmur bila tidak ada kemakmuran di daerah-daerah," kata OSO.
Dia mengajak anggota MPR yang baru dilantik meningkatkan rasa nasionalisme, melakukan sosialisasi empat pilar, dan menggunakan momentum apapun untuk memperkuat persatuan di Indonesia. "Mari jadikan lembaga MPR agar menjaga ideologi dan konstitusi serta mengawal cita-cita bangsa," ujarnya.