Membendung Radikalisme Jadi Tantangan Bangsa ke Depan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengatakan bahwa saat ini banyak sekali fenomena yang aneh di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satunya dalam bidang agama, banyak sekali pemahaman yang sangat radikal.
Pemahaman radikal ini sangat berbahaya sebab paham tersebut mempersepsikan dan memahami agama dengan sangat sempit sehingga banyak berbenturan dengan masyarakat dan memunculkan aksi terorisme yang korbannya adalah rakyat. "Hal tersebut adalah tantangan bangsa ini ke depan. Pemahaman nilai-nilai agama yang benar adalah benteng pertahanan menghadapi pemahaman yang salah dan radikalisme," katanya, dalam acara Gebyar Muharram 1439 H Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) DKI Jakarta, di aula Ponpes Yatim As Syafi'iyah, Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (21/10).
Acara yang bertema 'Dengan Spirit Muharam Kita Tingkatkan Kekuatan Moral dan Spiritual Untuk Indonesia Yang Berkeadaban' ini dihadiri Ketua BKMT DKI Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, ratusan anggota BKMT se-Jabodetabek dan ratusan santri Ponpes As Syafi'iyah Jakarta.
Pemahaman agama yang benar, lanjut Mahyudin, harus secara riil diupayakan dengan konsisten dan tak kenal lelah oleh berbagai elemen masyarakat termasuk BKMT. "Kita bersyukur elemen masyarakat seperti BKMT giat mengadakan pengajian-pengajian kepada umat di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
Ditambahkan Mahyudin, lembaga MPR RI juga berupaya membangun karakter bangsa melalui pemahaman-pemahaman Empat Pilar MPR RI, yang di dalamnya ada Pancasila dan di dalam Pancasila ada sila pertama yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
"Tantangan bangsa tersebut dan tantangan-tantangan bangsa lainnya, insya Allah akan hilang jika bangsa ini kembali memahami dan mengamalkan sila-sila dalam Pancasila. Jika benar-benar dipahami dan diamalkan maka Pancasila akan bisa menjadi benteng pertahanan terhadap paham-paham asing yang radikal," imbuhnya.
Tantangan bangsa lainnya yang patut diwaspadai, lanjut Mahyudin adalah dampak negatif globalisasi antara lain dampak media sosial. Di media sosial banyak sekali hal-hal negatif seperti kabar-kabar hoaks, pornografi dan kekerasan. "Saya berharap elemen masyarakat seperti BKMT ini yang anggotanya kebanyakan kaum ibu agar menjaga anak-anaknya dari pengaruh-pengaruh negatif tersebut. Bimbinglah putera puterinya agar taat agama dan berkarakter kebangsaan yang kuat," katanya.