Pengamat: Aneh Armudji Kalah Populer Dibanding Mujiaman

Pengamat menilai Armudji seharusnya lebih populer bagi masyarakat Surabaya.

Antara/Moch Asim
Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kanan) dan Armuji (kiri)
Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Andri Arianto menilai bahwa elektabilitas calon wakil wali kota Surabaya Armudji tidak mungkin berada di bawah lawan politiknya. Hal ini mengingat Armudji sudah lima kali terpilih menjadi anggota DPRD Surabaya.

Baca Juga


Survei Poltracking mendapati bahwa elektabilitas Armudji berada di bawah calon wakil wali kota Mujiaman. Armudji memiliki tingkat keterpilihan 59,6 persen berbanding 60,2 persen bagi elektabilitas Mujiaman.

Andri mengatakan, padahal Armudji sudah empat kali terpilih sebagai anggota DPRD Surabaya dan saat ini duduk di DPRD Jatim sebelum maju mendampingi Eri Cahyadi. Dia mengatakan, Armudji meraih sekitar 136.000 suara khusus untuk Surabaya saja.

"Jadi sangat aneh jika Pak Armudji kalah populer dibanding Pak Mujiaman di Surabaya," kata Andri Arianto dalam keterangan.

Meski demikian, Andri mengakui kalau pasangan calon (paslon) Machfud Arifin-Mujiaman bisa jadi lebih populer dibanding paslon Eri Cahyadi-Armudji jika berpasangan. Dia mengatakan, hal itu mengingat Machfud Arifin sudah melakukan sosialisasi sejak awal 2019 dan melakukan banyak terpampang di billboard hingga baliho.

Andri menjelaskan, ada tiga poin dalam popularitas yang dimiliki seseorang. Yakni popularitas positif, netral dan negatif. Dia mengatakan, popularitas netral hanya sekedar tahu saja, sedangkan popularitas positif mengetahui dengan lebih jauh seperti sepak terjang dan prestasinya sebaliknya untuk popularitas negatif.

"Mungkin saja, masyarakat tahu Pak Mujiaman karena banyaknya aduan masyarakat saat masih menjabat sebagai Direktur Utama PDAM Surabaya. Kan banyak banget gangguan PDAM, bahkan sering mati sampai berhari-hari," katanya.

Sebelumnya, survei Poltracking dilakukan pada 19–23 Oktober 2020. Survei dilakukan menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan jumlah 1200 responden.

Klaster survei ini menjangkau 31 kecamatan di seluruh Kota Surabaya secara proporsional berdasarkan data jumlah populasi pemilih terakhir. Survei memiliki margin of error sekitar 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler