Bea Cukai: Jalur Laut Belitung Rawan Penyelundupan

Bea Cukai Tanjung Pandan akan terus melakukan pengawasan secara proaktif

Mahmud Muhyidin
Barang bukti ribuan botol minuman keras ilegal, (ilustrasi). Kantor Bea dan Cukai Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menyatakan wilayah perairan dan laut daerah itu rawan penyelundupan dan perdagangan barang-barang ilegal, terutama dari luar negeri.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG -- Kantor Bea dan Cukai Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menyatakan wilayah perairan dan laut daerah itu rawan penyelundupan dan perdagangan barang-barang ilegal, terutama dari luar negeri.

Baca Juga


"Kami berharap mudah-mudahan masyarakat bisa lebih proaktif menyampaikan informasi kepada kami terkait penyelundupan," kata Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C (KPPBC TMP C) Tanjung Pandan, Jerry Kurniawan di Tanjung Pandan, beberapa waktu lalu.

Hal ini disampaikan dalam konferensi pers Kantor Bea dan Cukai Tanjung Pandan atas keberhasilan menggagalkan penyelundupan ribuan botol minuman beralkohol ilegal dari Singapura tujuan Jakarta. Ia mengatakan perairan Pulau Belitung masuk dalam zona wilayah pantai timur Sumatera sehingga kawasan ini cukup rawan penyelundupan dan perdagangan barang-barang ilegal.

"Jadi zona pantai timur ini terhubung antara Singapura dan Malaysia dan masih cukup panjang lagi ke belakangnya," ujar dia.

Jerry menambahkan penyelundupan ribuan botol minuman ilegal tersebut mengindikasikan bahwa jalur laut Belitung telah dilirik sebagai akses untuk menyelundupkan barang-barang ilegal. "Secara signifikan dengan adanya kasus ini maka jalur laut Belitung sudah dilirik oleh orang," katanya.

Ia mengatakan Bea Cukai Tanjung Pandan akan terus melakukan pengawasan secara proaktif terkait masuknya barang-barang ilegal di Pulau Belitung."Kami berharap masyarakat mendukung dan melaporkan apabila menemui sesuatu hal yang mencurigakan," ujar dia.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler