Kamis 30 Apr 2020 19:56 WIB

WHO Sebut Covid-19 Timbulkan Sindrom Peradangan pada Anak

Sejumlah kecil kasus Covid-19 mengembangkan sindrom peradangan langka pada anak.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nora Azizah
Sejumlah kecil kasus Covid-19 mengembangkan sindrom peradangan langka pada anak (Foto: ilustrasi bayi)
Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
Sejumlah kecil kasus Covid-19 mengembangkan sindrom peradangan langka pada anak (Foto: ilustrasi bayi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sebagian besar anak-anak dengan Covid-19 memiliki kasus ringan dan pulih sepenuhnya. Namun, lembaga ini mengingatkan, sejumlah kecil kasus Covid-19 di beberapa negara telah mengembangkan sindrom peradangan langka pada anak.

Para ahli medis Italia dan Inggris sedang menyelidiki kemungkinan hubungan antara pandemi virus korona dan kelompok penyakit radang parah pada bayi. Bayi tersebut tiba di rumah sakit dengan demam tinggi dan arteri yang bengkak.

Baca Juga

Sebanyak tiga anak-anak Amerika Serikat terinfeksi virus sedang dirawat karena sindrom peradangan langka. Kondisi ini mirip dengan ciri-ciri yang menimbulkan kekhawatiran di Inggris, Italia dan Spanyol.

"Saya ingin menekankan, untuk semua orang tua di luar sana, sebagian besar, sebagian besar anak-anak yang mendapatkan Covid akan memiliki gejala ringan dan sembuh sepenuhnya," ujar pakar darurat darurat WHO, Dr. Mike Ryan.

Sampai sekarang, anak-anak sebagian besar telah lolos dari beberapa komplikasi Covid-19 yang lebih serius. Kondisi serius telah menghantam tubuh orang dewasa yang lebih tua dan kelompok dengan kondisi kronis.

Jaringan klinis WHO telah membahas laporan dari Inggris tentang sejumlah kecil respons peradangan pada anak-anak. Ahli epidemiologi WHO, Dr. Maria van Kerkhove menyatakan, ada beberapa deskripsi langka baru-baru ini tentang anak-anak di beberapa negara Eropa yang memiliki sindrom peradangan yang mirip dengan sindrom Kawasaki, meski sangat jarang.

"Kami telah meminta jaringan global dokter untuk waspada tentang ini sehingga mereka menangkap informasi secara sistematis, sehingga kami dapat lebih memahami dan memandu pengobatan," ujar Kerkhove.

Lebih dari 3,11 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus korona di seluruh dunia. Sedangkan, lebih dari 216.000 telah meninggal dunia. Jumlah korban yang tinggi membuat beberapa negara menuduh WHO salah langkah.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus membela badan tersebut dalam menangani pandemi sejak virus baru muncul akhir tahun lalu di kota Wuhan, Cina bagian tengah. Dia mempresentasikan garis waktu menjelang pengumuman keadaan darurat global pada 30 Januari.

"Sejak awal, WHO telah bertindak cepat dan tegas untuk menanggapi peringatan dunia. Kami membunyikan alarm lebih awal, dan kami sering membunyikannya," kata Ghebreyesus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement