Jumat 29 May 2020 01:46 WIB

Panduan Syawalan Penderita Penyakit Jantung dan Hipertensi

Saat puasa Syawal, penderita penyakit jantung harus perhatikan asupan nutrisinya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Penderita hipertensi dan penyakit jantung boleh berpuasa asalkan kondisinya stabil.
Foto: iStockPhoto
Penderita hipertensi dan penyakit jantung boleh berpuasa asalkan kondisinya stabil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penderita penyakit jantung dan hipertensi sejatinya masih diperbolehkan berpuasa Syawal. Syaratnya, mereka harus memiliki kondisi kesehatan yang stabil.

"Kalau sedang tenang atau stabil, boleh berpuasa," ungkap dr Ceva Wicaksono Pitoyo SpPD K-P FINASIM KIC dalam Papdi Forum Webinar untuk Awam yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Bila mampu berpuasa, penderita penyakit jantung dan hipertensi perlu mempersiapkan diri dengan baik. Asupan cairan, misalnya, tetap perlu diperhatikan agar tidak mengalami kekurangan cairan selama berpuasa.

Bila perlu mengonsumsi obat diuretik, pastikan waktu minum obatnya sesuai. Ceva menyarankan agar obat diuretik sebaiknya diminum saat berbuka puasa.

"Tapi jangan terlalu malam minumnya, karena nanti buang air kecil berkepanjangan," kata Ceva.

Hal lain yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah memerhatikan asupan makanan dengan baik. Setidaknya, ada tiga anjuran dalam memilih makanan bagi penderita penyakit jantung dan hipertensi yang mampu berpuasa.

Hindari lemak jenuh dan lemak trans

Makanan yang tinggi akan lemak jenuh dan lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol. Selain itu, makanan seperti ini juga dapat menurunkan kadar kolesterol "baik" HDL. Oleh karena itu, penderita penyakit jantung dan hipertensi perlu berupaya untuk menghindari makanan-makanan seperti ini saat berpuasa.

Beberapa contoh makanan dengan kandungan lemak jenuh adalah susu full-cream, kulit ayam, lemak yang terlihat pada daging, daging merah, kelapa, sanan, margarin, mentega, ghee, krimer kopi, dan minyak inti sawit.

Beberapa contoh makanan dengan kandungan lemak trans adalah makanan yang digoreng secara komersial, biskuit dan kue, serta kerupuk.

Pilih lemak tak jenuh

Penderita penyakit jantung dan hipertensi disarankan untuk memilih makanan yang mengandung lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh ini bisa berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.

Dieticians Association of Australia menjelaskan, lemak tak jenuh dianggap sebagai lemak "sehat". Jenis lemak ini penting untuk dimasukkan ke dalam pola makan yang sehat. Lemak tak jenuh dapat menurunkan risiko kadar kolesterol tinggi.

Beberapa contoh makanan dengan lemak tak jenuh tunggal adalah alpukat, zaitun, minyak zaitun, kacang almond, kacang tanah, kacang pecan, dan kacang mete. Untuk makanan dengan lemak tak jenuh ganda, beberapa yang dapat menjadi pilihan adalah ikan berlemak, biji-bijian dan minyak sayur lembut.

Kacang-kacangan

Sebagian penderita penyakit jantung dan hipertensi mungkin dipantang untuk mengonsumsi kacang-kacangan. Akan tetapi, bila penderita tidak memiliki pantangan tersebut, maka kacang-kacangan bisa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan lemak yang baik.

"Bila tak memiliki larangan dengan kacang-kacangan, tambahkan segenggam kacang dan biji-bijian untuk sahur atau berbuka," jelas Ceva.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement