REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Sadji
Jin adalah makhluk ghaib yang dicipitakan Tuhan dari api. Ketika manusia diciptakan dari tanah dan Tuhan menyuruh agar jin menghormat dan bersujud kepada manusia sebagai khalifah di bumi, mereka menolak dan berjanji akan mengganggu manusia agar kelak sama–sama menghuni neraka.
Sebagai makhluk ghaib, jin suka tempat yang sepi dan sunyi, gelap dan lembab. Pada dasarnya mereka hidup bertetangga baik dengan manusia.
Selama berabad–abad jin dan manusia saling berkembang dan beranak-pinak. Manusia yang diberi kelebihan akal oleh Tuhan, mampu berbuat apa saja untuk mempertahankan dan memperkaya hidupnya. Manusia bisa menciptakan apa saja sesuai selera dan keinginannya.
Mereka hidup berkelompok–kelompok membentuk negara. Mereka membangun kota–kota besar yang ramai, gemerlap dan berisik. Hutan–hutan dibabat dan dibakar seenaknya. Mereka saling cakar–cakaran berebut apa saja, lalu berperang satu sama lain. Mereka membuat berbagai jenis amunisi dan peluru kendali, roket, bom dan alat pemusnah lainnya.
Para jin semakin tidak kerasan bertetangga dengan manusia. Suasana panas, terang benderang dan berisik di mana–mana di seantero muka bumi, membuat mereka tidak nyaman dan gerah.
Raja Jin geram. Dia lalu memutuskan menjelajahi seluruh penjuru bumi untuk mengumpulkan informasi dan fakta sejauh mana yang mereka rasakan.
Raja Jin bersama para pembatunya menyusup dari bandara satu ke bandara lain, mencoba segala jenis pesawat dan mengamati para pramugari dan pramugaranya yang cakep–cakep dari berbagai bangsa. Membaur dari satu kereta api ke kereta api yang lain, dari yang mewah dan super cepat sampai yang jenis sumpek dan umpel–umpelan seperti di India dan Bangladesh. Juga naik kapal dari yang mewah sampai yang kelas serampangan. Naik bus dan angkot ramai–ramai sampai seluruh jagat terjelajahi. Mereka kemudian rapat membahas situasi bumi yang semakin tidak nyaman bagi kehidupan para Jin di mana pun.
“Bagaimana kawan–kawan, nampaknya kita harus segera membuat perhitungan. Kita harus berbuat sesuatu," kata Raja Jin memulai pembicaraan.
Semua menyimak dengan baik. “Atas izin Tuhan, kita akan membuat manusia pelajaran seperti satu abad yang lampau," Raja Jin melanjutkan. "Kita buat wabah penyakit lalu kita sebarkan, maka akan berubahlah tatanan seperti pada waktu itu," sambungnya.
“Ya raja, kita harus cepat bertindak, jangan tunggu lama–lama, karena kita semua makin terdesak dan terusir. Siap menjalankan perintah," sahut staf yang lain dengan lantang.
“Ya, mari kita izin Tuhan, lalu kita rancang langkah kita," kata yang lain.
Staf yang satunya lagi, menyatakan: ”Ya raja, mari kita buat seperti tahun 1918 yang lalu dengan jenis wabah yang lain.”
“Okey," kata raja, “Siapkan wabah yang akan kita sebarkan, saya beri waktu tiga hari. Buatlah dari bahan–bahan yang telah diperbuat oleh manusia itu sendiri.”