Kamis 15 Oct 2020 14:31 WIB

Humas dan PR Dituntut Maksimalkan Soft Skill di Masa Pandemi

Situasi pandemi menjadi pendongkrak atau mempercepat perubahan menjadi serba online.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus Yulianto
Dosen Fikom Universitas Prof Dr Moestopo Beragama dan Konsultan PR Eni Kardi Wiyati saat mengisi Webinar Transformasi Public Relation di Era New Normal yang diadakan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Kamis (15/10)
Foto: I tangkap layar zoom
Dosen Fikom Universitas Prof Dr Moestopo Beragama dan Konsultan PR Eni Kardi Wiyati saat mengisi Webinar Transformasi Public Relation di Era New Normal yang diadakan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Kamis (15/10)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dosen Fikom Universitas Prof Dr Moestopo Beragama dan Konsultan PR, Eni Kardi Wiyati, mengatakan, pandemi virus corona yang sudah berlangsung cukup panjang telah mengubah pola hidup. Begitu juga dengan pola kerja di bidang Kehumasan. 

Eni menyebut, di masa pandemi di mana pola kerja sekarang serba virtual, pekerja di bidang Humas juga harus mengikuti perubahan supaya dapat sesuai dengan keadaan yang terjadi. "Soft skill Humas sangat dituntut supaya tetap dapat mengikuti perkembangan yang serba virtual ini," kata Eni saat mengisi Webinar Transformasi Public Relation di Era New Normal yang diadakan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Kamis (15/10).

Eni menerangkan, sebenarnya zaman terus berkembang walau tanpa pandemi. Dia mengingat, mulai dari zaman masih menggunakan handphone dalam ukuran besar di akhir 90-an. Kemudian di awal dekade 2000-an ukuran HP semakin kecil. Terus berlanjut mendekati tahun 2010, ada peralihan gadget ke Blackberry. Setelah kejayaan blackberry, beralih ke smartphone android sampai sekarang.

Eni mengatakan, masyarakat sudah mulai ketergantingan dengan internet. Dan situasi pandemi menjadi pendongkrak atau mempercepat perubahan untuk menjadi serba online.

Eni melihat Transformasi yang begitu cepat karena pandemi ini menurut sosok yang juga dikenal sebagai konsultan PR ini mengharuskan praktisi humas harus cepat menyesuaikan diri. Supaya tugas Humas dalam mem-branding lembaga tempat mereka bekerja berjalan dengan baik dan pesan-pesan yang dikemas sampai kepada mayarakat. Untuk menyampaikan pesan kepada publik dalam rangka branding lembaga ini, Humas tidak dapat lepas dari media dan dunia jurnalistik.

Dulu dunia media didominasi oleh media cetak, radio dan televisi. Dominasi media justru berada di tangan sosial media. Corong informasi sekarang yang dekat dengan masyarakat adalah sosial media seperti twitter, facebook, youtube, instagram dan lain-lain.

Humas pemerintah, kata Eni, juga harus melek dalam menyebarkan informasi melalui aneka sosial media tersebut. "Statistik menyebutkan 150 juta orang Indonesia terhubung ke internet. 56 Persen orang Indonesia bermain di dunia maya. Sedangkan media TV hanya menjangkau 80 juta orang Indonesia. Pertanda bahwa dunia maya lebih dominan. Praktisi Humas harus memahami peta ini," ucap Eni.

Eni menyarankan, praktisi Humas juga mengubah pola penyajian narasi dari kualitatif menjadi kuantitatif. Karena pesan-pesan yang disajikan di dunia maya sekarang tidak menarik bila dinarasikan dengan kualitatif.

Publik lebih tertarik melihat data kuantitatif yang disajikan melalui infografis. Karena melalui infografis dinilai efektif dalam mengomunikasikan hal yang kompleks, karena 50 persen otak manusia berproses secara visual, mudah, dan cepat dicerna, storry telling dan interaktif serta meningkatkan komunikasi dua arah.

"Mengapa infografik? Karena melaui infografik memudahkan penyajian informasi, data dan pengetahuan yang kompleks dengan cepat dan mudah dimengerti pembaca," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement