Jumat 23 Oct 2020 14:24 WIB

Kiat Mencetak Sarjana PR Bagi Organisasi di Abad Informasi

Profesi PR khususnya konsultan PR juga telah berkembang mengarah kepada spesialisasi.

Peran PR kian strategis dalam organisasi karena itu dituntut kemampuan PR  yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tampak diskusi Workshop Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jumat (23/10).
Foto: dok Fisip umj
Peran PR kian strategis dalam organisasi karena itu dituntut kemampuan PR yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tampak diskusi Workshop Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jumat (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ruang lingkup informasi yang berkembang tanpa batas menuntut evolusi aktivitas kehumasan atau public relations (PR) untuk menyesuaikan diri agar mampu menjawab tantangan. Pekerjaan PR menjadi kian strategis bagi manajemen organisasi dalam memberikan masukan untuk menentukan kebijakan organisasi. Karena itu dibutuhkan sarjana PR yang mampu menyesuaikan diri dengan berubahan zaman. 

"Karakter lulusan PR yang dibutuhkan harus mengarah kepada antisipatif, analisis, dan mitigasi,” kata Budi Rizanto Binol, Co Founder Kinanti Consultant, dalam Workshop Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jumat (23/10).

Untuk menunjang hal tersebut, diperlukan kemampuan komunikasi yang baik. Antara lain meliputi kemampuan menulis, menjelaskan masalah dengan baik, menganalisis masalah, penampilan, rasa percaya diri, kemampuan berbicara di depan publik, riset, dan lainnya. 

Bahkan, saat ini menurutnya, profesi PR khususnya konsultan PR juga telah berkembang mengarah kepada spesialisasi. Pada konsultan PR, misalnya, lobbying, networking, dan analytical harus beririsan dengan penerapan kurikulum PR. Semua itu berkembang mengikuti perubahan pasar yang bersifat dinamis.  Bagi mahasiswa yang hendak magang di konsultan PR sebelum magang harus mengikuti seleksi khusus. Selain itu, peminatan mahasiswa akan dipertajam. "Bila menjadi PR kita latih supaya bisa membuat pres release dalam waktu cepat, kemampuan menulis, lobby, memahami media sosial, membaca artikel," kata Budi.

Peran PR yang kian strategis juga terlihat dari kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang menerapkan kebijakan City of Collaboration. Kebijakan tersebut berupaya melibatkan warga atau public engagement lebih luas lagi dalam berbagai aktivitas. Warga DKI, tidak dianggap sebatas sebagai penghuni, tapi juga sebagai konsumen, subjek pembangunan dan pencipta perubahan. Kegiatan ini perlu disosialisasikan secara luas melalui media massa dan sosial ke masyarakat.

"Fungsi PR bukan hanya memiliki peran  teknis, tapi juga strategis, untuk mendukung pelayanan publik  untuk Jakarta," kata Ika Meilani Untari, Kepala Seksi Sumber Daya Komunikasi Publik dan Akses Informasi, Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik Pemprov DKI Jakarta. 

Menjalin kolaborasi dengan komunitas menjadi hal yang penting. "Perubahan paradigma praktik kehumasan di pemerimtah daerah ini adalah bagian strategi evolusi PR dalam pengambilan keputusan sehingga aktivitas PR tidak jalan ditempat," kata Ika.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement