REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dirjen Dikti Kemdikbud, Prof Nizam mengatakan, dunia pendidikan tinggi Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Terlebih, dengan kondisi dunia yang berubah cepat dan nonlinear serta penuh ketidakpastian.
Untuk itu, ia meminta perguruan tinggi di Indonesia dapat melakukan perombakan terhadap cara pendidikan saat ini. Artinya, merombak dari pola pendidikan industri 3.0 dengan kompetensi sangat baku ke industri baru yang tengah berkembang cepat.
"Kompetensi lama tidak lagi dibutuhkan karena pekerjaannya banyak yang hilang," kata Nizam, dalam Talkshow Kampus Merdeka Menyongsong Society 5.0 dalam peringatan HPTT ke-75 yang diselenggarakan Fakultas Teknik UGM secara daring, Kamis (11/2).
Nizam memaparkan prediksi McKinsey sekitar 23 juta pekerjaan akan diambil alih oleh robot atau otomasi pada 2030. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi di Indonesia dalam 10 tahun.
"Setiap tahunnya hanya meluluskan 1,7-1,8 juta mahasiswa, dan ini jadi tantangan besar bagi perguruan tinggi di Indonesia untuk menyiapkan kompetensi untuk suatu pekerjaan yang belum ada saat ini," ujar Nizam.
Ia menekankan, perguruan tinggi harus benar-benar mempersiapkan kompetensi mahasiswa untuk menjadi pembelajar sejati sepanjang hayat. Sebab, dunia cepat berubah, sehingga tidak ada pilihan untuk selalu belajar, beradaptasi, berinovasi.
Menurut Nizam, pada era revolusi industri 4.0 ini perguruan tinggi perlu melakukan terobosan dan lompatan. Usaha itu harus terus dijaga agar kampus bisa melahirkan milenial yang siap membangun Indonesia yang maju dan sejahtera menuju society 5.0.
"Peran PT keluar dari bingkai pembelajaran kaku menuju pembelajaran dinamis dan fleksibel. Memungkinkan mahasiswa belajar dari berbagai sumber, tidak hanya kelas, laboratorium, dan perpustakaan, tapi memberi kesempatan belajar di kampus kehidupan sesungguhnya," katanya.