REPUBLIKA.CO.ID, COLORADO -- Para peneliti di University of Colorado baru-baru ini mengembangkan perangkat berbiaya rendah yang dapat mengubah panas tubuh menjadi energi. Ini berguna untuk meningkatkan masa pakai baterai untuk perangkat penting.
Penemuan baru ini mengarah pada cara terbarukan dan ramah lingkungan untuk memberdayakan Fitbit dan bahkan mungkin menginspirasi pengguna untuk berolahraga lebih banyak.
“Di masa mendatang, kami ingin dapat memberi daya pada perangkat elektronik yang dapat dikenakan tanpa harus menyertakan baterai,” kata seorang insinyur di CU Boulder, Jianliang Xiao, dilansir dari Freethink, Rabu (3/3).
“Setiap kali Anda menggunakan baterai, Anda menghabiskan baterai itu dan pada akhirnya, (Anda) perlu menggantinya. Hal yang menyenangkan tentang perangkat termoelektrik kami adalah Anda dapat memakainya dan ini memberi Anda daya yang konstan,” ujar Xiao menambahkan.
Tim membangun baterai baru dari bahan yang disebut polyimine. Bahan ini tertanam dengan chip termoelektrik yang dihubungkan dengan kabel cair. Perangkat ini fleksibel dan dapat menekuk agar sesuai dengan lekuk pergelangan tangan pengguna atau bergerak dengan tubuh pengguna.
Dalam studi, yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, mereka menunjukkan baterai sebagai cincin. Sepertinya chip komputer melilit bagian atas jari manis.
Baterai kulit yang diisi menghasilkan sekitar satu volt energi untuk setiap sentimeter persegi ruang kulit. Jumlah tersebut cukup untuk menyalakan jam tangan atau pelacak kebugaran, klaim para peneliti. Tetapi mereka bertujuan untuk meningkatkan hasil tersebut.
Di masa depan (tim memperkirakan lima hingga 10 tahun), baterai bertenaga tubuh dapat menyelesaikan masalah masa pakai baterai yang pendek. Perangkat pada dasarnya akan selalu “dicolokkan”-mengisi daya tanpa henti dan tidak pernah terkuras.