REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh: Jaya Suprana, Budayawan, Penggagas Rekor MURI, Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan
Gegara terpaksa mengkarantina diri lebih dari setahun gegara pagebluk Corona maka umat manusia termasuk masyarakat Indonesia termasuk saya menjadi hiper sensitive alias sangat mudah merasa tersinggung.
Sensitif makin menjadi-jadi akibat larangan mudik yang berniat baik mencegah varian baru virus Corona dari India setelah dari China masuk ke persada Nusantara.
Masyarakat yang sedang sensi makin sensitif akibat pidato Presiden Jokowi menyambut Hari Bangga Produk Nasional yang mengajak masyarakat Indonesia yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek-empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan dan lain-lainnya tinggal pesan, dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah.
BIPANG AMBAWANG
Terus terang saya tidak tahu kuliner apa yang disebut sebagai bipang ambawang. Maka sebelum bereaksi saya merasa perlu mencari tahu tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai Bipang Ambawang.
Ternyata Bipang Ambawang adalah nama sebuah restauran khusus makanan babi panggang khas Suku Dayak, Kalimantan Barat.
Merek Bipang Ambawang didaftarkan sebagai merek pada 26 Agustus 2020. Nama pendaftar merek tersebut adalah Juniarto. Memasak bipang menggunakan babi muda berusia batibul yaitu 3-5 bulan.
Cara memanggangnya secara tradisional di atas tungku arang. Bipang ambawang juga disajikan dengan sambal antuha sebagai sambal terasi khas Kalimantan Barat serta kit iu sebagai saos terbuat dari jeruk sambal dan gula pasir.
Ternyata nama restoran Bipang Ambawang menjadi sedemikian tersohor sampai kemudian berubah menjadi nama generik masakan babi panggang khas kuliner tradisional Dayak.
Masyarakat Dayak memang menggemari kuliner dengan daging babi seperti mayoritas masyarakat Indonesia Timur pada lazimnya.
SALING MEMAAFKAN
Sebagai warga Indonesia yang bangga atas kemahakayarayaan keanekaragaman kebudayaan Nusantara maka saya sepenuhnya mendukung pidato Presiden Jokowi menyambut Hari Bangga Produk Indonesia.
Kebetulan saya penggemar sate babi dan babi panggang. Namun di sisi lain saya sepenuhnya dapat memahami serta memahfumi perasaan teman-teman yang beragama Islam sedang menunaikan ibadah puasa merasa kurang nyaman dengan pidato Presiden Jokowi dalam rangka menyambut Hari Bangga Produk Indonesia.
Karena justru pada bulan suci Ramadhan umat Islam mengajak umat manusia secara lahir batin saling maaf-memaafkan maka besar harapan saya bahwa umat Islam berkenan memaafkan apabila dalam pidato Hari Bangga Produk Indonesia, Presiden Jokowi telah melakukan kekeliruan bertutur kata.
Tak lupa saya pribadi juga mohon maaf lahir dan batin apabila dalam menulis naskah ini saya melakukan kekeliruan dalam memilih dan menggunakan susunan kata dalam menguntai kalimat.
Semua ini akibat saya memang hanya seorang insan manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan maka niscaya kerap melakukan kekeliruan dalam menempuh perjalanan kehidupan ini.