REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekerja dan beraktivitas di dalam rumah, mungkin akan dapat membuat risiko terpapar Covid-19 menjadi berkurang. Namun, hal ini justru memunculkan ancaman bahaya kesehatan lainnya.
Dikutip dari Vision Eye Institute, Rabu (19/5), dr Ebi Tenen, ahli bedah mata dari Vision Eye Institute Melbourne, Australia, mengung kapkan, sepanjang 2020, ia mendapati adanya peningkatan pasien yang mengeluhkan adanya masalah ketegangan pada mata. Hal ini akibat penggunaan berbagai perangkat teknologi.
"Peningkatan yang terjadi mencapai tiga hingga empat kali lipat," ujarnya.
Kegagalan pada mata atau digital eye strain, menurut Tenen, sebenar nya bukanlah konsep baru. "Masalah ini telah ada selama bertahun-tahun dan merupakan sindrom yang mapan. Mata manusia tidak dirancang untuk menatap gambar dua dimensi secara dekat dalam waktu lama," kata dia.
Oleh karena itu, berfokus pada layar apa pun, seperti komputer, laptop, tablet, ponsel, TV, selama berjam-jam dapat menyebabkan berbagai masalah terkait mata dan penglihatan. Namun, Tenen mengakui, tidak akan mudah untuk memberi tahu orang agar mengurangi aktivitas digital mereka.
Para orang tua yang bekerja, kini harus membantu anak-anak mereka sekolah daring. Kemudian, lanjut mengerjakan berbagai tugas kantor. Hal ini akan membuat mata mengalami kelelahan dalam jangka waktu lama.
Untuk membantu mengurangi risiko mata yang kelelahan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, lakukan prinsip 20,20,20, yaitu setiap 20 menit berhenti menatap layar dan istirahatkan mata selama 20 detik. Sempatkan melihat berbagai pemandangan yang ada di sekitar kita sejauh 20 meter.
Kedua, perbanyak berkedip, karena berkedip dapat membantu mata menjadi lebih lembap. Ketiga, perbanyak konsumsi minum harian kita, menjadi minimal 1,2 liter per hari.
Keempat, perbanyak konsumsi jenis-jenis makanan, seperti ikan, bawang putih, dan bluberi. Kelima, sesuaikan ukuran huruf dan tampilan layar kita agar senyaman mungkin dengan mata kita.