REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak terdeteksi pertama kali di India, virus Covid-19 varian Delta (B1617.2) dinobatkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai varian virus dengan penularan tercepat dan terkuat. Virus yang telah ditemukan di lebih dari 80 negara ini terus bermutasi dan menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Para ahli mengatakan, varian delta menyebar lebih mudah karena mutasi yang membuatnya lebih baik menempel pada sel-sel dalam tubuh. Di Inggris, varian ini bertanggung jawab atas 90 persen dari semua infeksi baru yang terdeteksi. Di AS, itu mewakili 20 persen dari infeksi, dan pejabat kesehatan mengatakan itu bisa menjadi jenis virus yang dominan di negara itu.
“Belum jelas apakah varian tersebut membuat orang lebih sakit karena lebih banyak data perlu dikumpulkan,” kata Dr. Jacob John, yang mempelajari virus di Christian Medical College di Vellore di India selatan, dikutip di AP News, Kamis (24/6).
Penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin yang tersedia dapat menjadi solusi untuk melawan varian virus corona, termasuk varian delta. Para peneliti di Inggris mempelajari seberapa efektif dua dosis vaksin AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech dalam melawan varian delta, dibandingkan dengan varian alfa yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
“Vaksin tersebut bersifat protektif bagi mereka yang mendapat kedua dosis, tetapi kurang dari mereka yang mendapat satu dosis,” ujar Dr. John, menambahkan bahwa penting untuk melakukan vaksinasi penuh.