Selasa 13 Jul 2021 08:15 WIB

Antibodi Jahat di Balik Kasus Long Covid

Sebagian orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 mengembangkan long Covid.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Aktris Alyssa MIlano sempat mengalami long Covid usai dinyatakan sembuh.
Foto: EPA
Aktris Alyssa MIlano sempat mengalami long Covid usai dinyatakan sembuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah tes yang dikembangkan ilmuwan dari Imperial College London, Inggris, mampu mengidentifikasi apakah seorang penyintas Covid-19 akan mengembangkan long Covid dalam waktu yang lama atau tidak. Keberadaan antibodi yang berbeda dalam darah menjadi ciri utama di antara mereka yang benar-benar pulih dari virus SARS-CoV-2 dan mereka yang akan mengembangkan long Covid.

Profesor imunologi dari Imperial College London, Danny Altman, melakukan studi dengan mengambil sampel darah dari pasien Covid-19 dan orang sehat yang belum terkena virus. Dari studi itu, Altman mengidentifikasi antibodi jahat dinamakan “autoantibodi”.

Baca Juga

Autoantibodi memblokir kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, dan menyerang jaringan sehat dalam tubuh sehingga menyebabkan kerusakan. Antibodi inilah yang menandai seseorang akan mengembangkan long Covid selama berbulan-bulan.

"Sulit untuk menghindari prediksi dari 100 ribu infeksi baru per hari akan ada 10 ribu hingga 20 ribu kasus long Covid dalam sehari. Kasusnya terjadi terutama pada orang muda,” kata Altman, seperti dilansir The Sun, Senin (12/7).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement