REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Laju perkembangan teknologi digital saat ini sangatlah pesat. Hampir di semua sektor industri sudah memanfaatkan teknologi digital untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Ini membuat setiap pelaku usaha pada umumnya dan pelaku usaha industri sekuriti pada khususnya harus cermat dalam mengikuti perkembangan tersebut.
Saat ini penerapan SaaS (Sofware as a Service) berbasis cloud computing dan aplikasi sudah sangat lebih mudah untuk dikembangkan dan digunakan. Hal tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, ketika penerapan teknologi informasi membutuhkan biaya investasi awal, pengoperasian dan perawatan yang besar.
Beban investasi yang besar ini akhirnya menjadi penghambat bagi pemanfaatan teknologi di industri sekuriti. Absennya ekosistem digital dalam industri sekuriti menjadi peluang yang diambil dan terus dikembangkan oleh Digigarda. CEO sekaligus Co-founder Digigarda Solusi Asia, Aditya P Warsito mengatakan, workforce, documentation dan information adalah tiga elemen kunci paling penting dalam keberhasilan kegiatan operasional pengamanan.
Dalam pola konvensional saat ini ketiga elemen tersebut masih belum terintegrasi pada sebuah sistem sehingga proses konsolidasi data masih harus dilakukan secara manual dan rentan terhadap kesalahan administrasi. Kegiatan pengawasan di lapangan pun saat ini masih mengandalkan aplikasi chatyang secara fungsi sebenarnya dibuat bukan untuk kegiatan pengamanan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
“Bisa dibayangkan, betapa repotnya kegiatan administrasi yang harus dilakukan oleh BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) untuk mengonsolidasisemua data tersebut hingga menjadi laporan dan dokumen penagihan," kata sosok yang sudah berpengalaman selama 15 tahun di bidang IT dan industri sekuriti ini, Ahad (18/7).
Aditya mengatakan, kemutakhiran teknologi sudah menjadi semakin terjangkau dan mudah, sehingga penerapan teknologi di industri pengamanan bukanlah menjadi halangan dan momok bagi pelaku usaha industri sekuriti.
"Apalagi, jumlah pengguna smartphone begitu banyak. Dengan hadirnya Digigarda, kami ingin bermitra dan membantu seluruh stakeholder agar dapat lebih fokus mengembangkan usahanya, yang mana tugas dan pengembangan aplikasi dan ekosistem menjadi tanggung jawab Digigarda," ujar dia.
Aditya menyampaikan, saat ini Digigarda sudah mengantongi ijin Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Artinya, pengoperasian sistem dan pengolahan data harus berada di wilayah Republik Indonesia menjadi salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh Digigarda.
"Dengan sudah terpenuhinya persyaratan tersebut, saat ini Digigarda dipercaya dan sudah digunakan untuk menunjang kegiatan pengamanan di beberapa obvitnas (objek vital nasional) di Indonesia. Kerjasama dengan beberapa startup fintech dan insurtech yang saat ini sudah terjalin semakin memperkuat fungsi digital ecosystem yang di bangun oleh Digigarda," kata dia.
“Saat ini kami memberikan kemudahan kepada mitra yang sudah menggunakan ekosistem kami untuk mendapatkan pendanaan dari fintech official partner kami, yaitu Investree dalam bentuk factoring-invoice. Sehingga cashflow perusahaan dapat terjaga," ujarnya menambahkan.
Selain itu untuk mitra anggota sekuriti yang masih belum mendapatkan sertifikasi, pihaknya juga dapat memberikan pendanaan khusus untuk pendidikan dan pengembangan kemampuan dari Koinworks sebagai fintech official partner. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan kemampuan di bidangnya.
"Opsi untuk mendapatkan asuransi dengan biaya terjangkau bagi anggota sekuriti dari Pasarpolis sebagai insurtech official partner Digigarda juga menjadi pelengkap ekosistem digital yang saat ini sudah dapat dimanfaatkan oleh para mitra Digigarda," kata dia.