Sabtu 23 Oct 2021 06:28 WIB

Inspirasi Sumpah Pemuda di Masa Pandemi

Negara ini adalah rumah bagi kemajemukan.

Jong Islamiten Bond (salah satu penggagas Sumpah Pemuda)
Foto: Google.com
Jong Islamiten Bond (salah satu penggagas Sumpah Pemuda)

Oleh : Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 28 Oktober 2021 mendatang, kita akan memperingati salah satu peristiwa penting dalam tonggak sejarah berdirinya negara/bangsa Indonesia yaitu diucapkannya Sumpah Pemuda oleh para tokoh pemuda dari seluruh Indonesia. Setelah melakukan proses pembahasan yang panjang akhir para pemuda tersebut sepakat mengikrarkan 3 janji, yaitu 1) Pengakuan terhadap adanya tanah air Indonesia, 2) Pengakuan adanya kesatuan sebagai bangsa Indonesia dan 3) Pengakuan terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. 

Peristiwa 93 tahun yang lalu merupakan tonggak sejarah tanda perjalanan panjang lahirnya kesadaran kritis pemuda untuk menjunjung kepentingan bersama. Generasi muda sadar bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang majemuk di tengah upaya kolonial Belanda melakukan politik devide et impera. 

Ikrar tersebut menunjukkan kapasitas dan kesiapan kaum muda untuk menjunjung segala perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan dalam menghadapi penjajah di Nusantara. Narasi besar persatuan yang dicetuskan oleh para tokoh pemuda dan pemudi dengan latar belakang suku dan budaya yang berbeda pada 1928, menjadi bola salju besar tekad para pemuda untuk terus berupaya menjadikan Indonesia merdeka yang baru dapat terwujud 17 tahun kemudian, yaitu dengan diproklamirkan Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.

Kini, setelah 76 tahun merdeka, Indonesia menjadi sebuah bangsa besar terdiri dari 1.340 suku dengan sekitar 300 kelompok etnis serta memiiki 1.211dialek bahasa daerah yang tersebar di 16.056 pulau, yang telah menjelma menjadi sebuah negara demokrasi yang besar dengan PDB per Kapita Indonesia 3,917.087 USD pada tahun 2020. Fakta tersebut menunjukkan bahwa saat ini Indonesia bukan lagi negara berkembang namun sudah nenjadi negara anggota kelompok G-20. 

Sebuah negara besar dengan segala bentuk keanekaragaman, yang diproyeksikan oleh berbagai lembaga riset internasional akan masuk ke dalam tujuh besar ekonomi dunia pada 2030, melampaui Jerman dan Inggris. Untuk menjadi sebuah negara besar gagasan besar yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 1928 tetap menjadi hal yang relevan untuk saat ini. 

Para tokoh pemuda mengajarkan bahwa tanpa nilai pluralisme dan toleransi yang tinggi, maka mustahil Indonesia dapat berdiri kokoh sebagai negara bangsa hingga lebih dari 76 tahun. Para pemuda pendiri bangsa sangat menyadari hal ini, sehingga semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" diangkat untuk merekatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. 

Sikap toleransi tinggi telah diterapkan oleh para pemuda saat itu dengan mengesampingkan latar belakang agama dan budaya mereka, serta secara sadar mengakui bahwa semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang dicetuskan Mpu Tantular seorang pujangga sastra Jawa beragama Buddha pada abad ke XIV,  merupakan sebuah ajaran yang tepat untuk dapat mewujudkan kerukunan di dalam masyarakat. Pada saat itu Mpu Tantular merasakan hidup yang aman dan tentram dalam kerajaan Majapahit yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Hal ini menunjukkan hidup berdampingan dalam kemajemukan dan keberagaman telah inheren mewarnai sejarah panjang bangsa Indonesia.

Berbagai perbedaan yang ada telah melebur menjadi semangat persatuan dalam bingkai Indonesia. Negara ini adalah rumah bagi kemajemukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement