Jumat 10 Dec 2021 22:59 WIB

Amikom Jadi Bagian Konsorsium Silvanus

Proyek Silvanus merupakan konsorsium besar yang terdapat berbagai macam tenaga ahli

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Universitas Amikom Yogyakarta menjadi bagian dari proyek Silvanus yang didukung Green Deal EU Horizon 2020 dan dikoordinasikan Universita Telematica Pegaso.
Foto: dokpri
Universitas Amikom Yogyakarta menjadi bagian dari proyek Silvanus yang didukung Green Deal EU Horizon 2020 dan dikoordinasikan Universita Telematica Pegaso.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Amikom Yogyakarta menjadi bagian dari proyek Silvanus yang didukung Green Deal EU Horizon 2020 dan dikoordinasikan Universita Telematica Pegaso. Proyek ini dilaksanakan dalam jangka 42 bulan dan diikuti 49 mitra dari Uni Eropa, Brasil, Indonesia dan Australia dengan total anggaran 23 juta euro.

Proyek Silvanus merupakan konsorsium besar yang di dalamnya terdapat berbagai macam tenaga ahli dari empat benua. Tujuannya, untuk menanggulangi ancaman kebakaran hutan dan meningkatkan ketangguhan hutan terhadap perubahan iklim.

Baca Juga

Lalu, menciptakan platform pengelolaan hutan tangguh atas perubahan iklim cegah kebakaran hutan. Silvanus mengandalkan pakar lingkungan, teknis dan ilmu sosial mendukung pempus dan pemda bertanggung jawab atas pengelolaan kebakaran hutan.

Ilmuwan dan peneliti Silvanus membantu memantau sumber daya hutan secara efisien dan mengevaluasi keanekaragaman hayati. Hasilkan indikator lebih akurat mengenai resiko kebakaran dan mempromosikan aturan keselamatan bagi masyarakat setempat.

Dilakukan melalui sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat tentang kebakaran kebakaran hutan. Silvanus tawarkan solusi teknologi baru tingkatkan pencegahan kebakaran hutan yang dicapai melalui kerangka integrasi pemrosesan Big Data.

Mampu menganalisis model iklim, data cuaca dan perangkat pengamatan bumi yang mengarah pengembangan model cerdas dalam mengenali titik kebakaran. Dilengkapi penggunaan sensor di lapangan, CCTV dan penginderaan jauh multispektral.

Direktur Pascasarjana Amikom sekaligus PIC Amikom, Prof Kusrini mengatakan, jadi bagian konsorsium internasional begitu besar kebanggaan dan tantangan. Dirintis  Yayasan Amikom Yogyakarta, keberadaan Amikom menunjukkan pengakuan dunia.

"Pengakuan dunia terhadap kemampuan peneliti-peneliti AMIKOM. Hal ini senada dengan visi Amikom untuk menjadi world class university," kata Kusrini, Jumat (10/12).

Silvanus juga mengenalkan teknologi sensor, infrastruktur komunikasi nirkabel melalui koordinasi pesawat tanpa awak (UAV) dan automated ground robots untuk koordinasi respon antara pemadam. Terdapat tiga aspek-aspek penting di sini.

Mulai dari pemahaman pakar-pakar, pengalaman pemadam kebakaran dan masyarakat setempat yang berisiko kebakaran hutan. Silvanus akan meluncurkan program yang melibatkan pemangku kebijakan sekitar hutan menilai indikator resiko kebakaran.

Mengembangkan metode pelatihan pemadam memakai VR dan AR dan simulasi skenario penyelamatan layaknya kondisi nyata. Kampanye kesadaran memakai aplikasi seluler terhubung ke masyarakat melalui pemberitahuan otomatis agar menyelamatkan diri.

Silvanus akan diterapkan dan didemonstrasikan sistematis di delapan wilayah UE yaitu Perancis, Italia, Slovakia, Yunani, Ceko, Portugal, Kroasia dan Rumania. Demonstrasi tambahan akan dilakukan di seluruh Indonesia, Brasil dan Australia.

Untuk jangka panjang, Silvanus mencakup rekomendasi kebijakan tata kelola hutan, strategi rehabilitasi tanah dan rancangan restorasi sumber daya alam. Proyek ini akan dimulai dengan pertemuan hybrid dari Italia 13 dan 14 Desember 2021.

"Penelitian ini menjadi salah satu kontribusi nyata Amikom dalam memecahkan masalah masyarakat dunia terkait terjadinya kebakaran hutan yang mengancam keberadaan sumber oksigen masyarakat dunia," ujar Kusrini.

Ada di urutan 33 perguruan tinggi World's University with Real Impact (WURI), keterlibatan Amikom tidak cuma memberikan pengalaman bagi yang bersangkutan. Juga mendorong dosen melibatkan mahasiswa baik D3, S1, S2 dalam penelitian.

Sehingga, mahasiswa tidak hanya mendapat teori terkait materi-materi sesuai kurikulum, tapi pengalaman nyata bekerja bersama dengan peneliti dunia. Memberi peluang implementasi kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement