REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian omicron dari SARS-CoV-2 telah menyebar ke banyak negara dan menimbulkan kekhawatiran masyarakat dunia. Mereka yang memiliki masalah kesehatan tertentu--seperti diabetes, masalah jantung, hingga pasien transplantasi organ--serta orang-orang lanjut usia berhadapan dengan risiko gejala berat jika sampai terinfeksi.
Sejumlah studi telah mengungkap bahwa tiap individu menunjukkan reaksi yang beragam ketika positif Covid-19. Sebagian bisa sembuh tanpa susah-payah, sementara yang lainnya harus berjuang untuk melawan penyakit pandemi tersebut.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa tidak semua kelompok populasi rentan terkena Covid-19 parah. Ada beberapa kasus di mana komplikasi muncul dan membuat seseorang mengalami long Covid.
Risiko keparahan Covid-19 meningkat seiring banyaknya kondisi medis yang sudah diidap seseorang sebelumnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa orang dengan disabilitas tertentu lebih rentan terkena Covid-19.
Menurut sebuah laporan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, kondisi medis tertentu seperti obesitas, diabetes, memiliki komplikasi, dan gangguan kecemasan dapat meningkatkan risiko penyakit yang parah pada orang dewasa. Di India, lebih dari 60 persen kematian akibat Covid-19 di gelombang ketiga terjadi pada orang yang belum divaksinasi sama sekali ataupun baru mendapatkan satu dosis.
Fakta mengejutkan lainnya adalah bahwa rawat inap anak-anak akibat Covid-19 lebih tinggi. Untuk memahami masalah kompleks lebih lanjut, Rajesh Jaria, seorang konsultan penyakit dalam di Rumah Sakit PD Hinduja & Pusat Penelitian Medis di Mumbai, India memberi saran terkait apa saja yang harus diwaspadai bagi penderita Covid-19 dan mereka yang terkena penyakit ini akibat infeksi varian omicron.
Jaria mengatakan, gejala umum yang terkait omicron adalah pilek, sakit kepala, kelelahan ekstrem, nyeri otot, bersin, sakit tenggorokan, dan keringat berlebih di malam hari. Demam juga kerap terjadi, demamnya cenderung tinggi.