REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran merupakan bencana yang sangat sering terjadi, terutama di daerah padat pemukiman, atau wilayah hutan. Kejadian kebakaran tidak mengenal siapa, dimana, dan kapan.
Banyak faktor penyebab munculnya bencana kebakaran. Misalnya konsleting listrik, puntung rokok, bahan kimia, dan lainnya. Kebanyakan, terjadinya kebakaran besar, terjadi akibat masih sedikitnya alat atau sistem pendeteksi kebakaran yang terpasang pada rumah, bangunan atau yang lainnya.
Hal tersebut, menjadi sebuah keresahan masyarakat. Dengan gagasan yang kreatif dari tiga mahasiswa Universitas Nusa Mandiri (UNM), berhasil membuat pendeteksi kebakaran berbasis IoT.
Tiga mahasiswa tersebut tergabung dalam kelompok penyusunan skripsi RAF IoT Project. RAF IoT Project diambil dari nama inisial mereka bertiga, yang terdiri dari Rimhot, Arafa, dan Ferdi, dengan dosen pembimbing Marulloh.
Arafa, sebagai ketua dari kelompok dari garapan projek ini, dan sudah bekerja di salah satu BUMN Holding Industri Aviasi dan Pariwisata Indonesia menuturkan, bahwa perangkat ini dibuat untuk memantau gedung atau rumah saat terjadi kebakaran.
Dengan memasang sensor, perangkat tersebut akan bekerja berdasarkan dari kondisi api dan kepekatan asap. Hal tersebut bisa mengantisipasi terjadinya kebakaran, mempercepat pelaporan dan penanganan kebakaran pada sebuah gedung atau rumah.
“Melihat dari keresahan di sekitar kita, bencana kebakaran bisa terjadi kapanpun, dampak yang ditimbulkan juga bukan hanya kerugian materil. Lebih mengerikan lagi jika kebakaran sampai merenggut nyawa dari orang-orang terkasih,” tuturnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/1).
Menurut Arafa, perangkat tersebut dapat mengidentifikasi adanya api dan asap agar pengguna dapat mengetahui kondisi rumah atau bangunannya secara riil, berdasarkan pemberitahuan secara langsung, melalui chat dan surat elektronik.
“Perangkat yang kami buat dapat melakukan pembacaan kondisi api, asap atau gas mudah terbakar yaitu CO, gas LPG dan asap. Perangkat ini terhubung dengan cloud IoT platform thinger.io yang merupakan wadah open source untuk pengembang IoT, dan tentunya nodeMCU sebagai things atau actuatornya,” jelasnya.
Ia menambahkan, thinger.io akan menampilkan pembacaan sensor dan mengirimkan pesan telegram kepada pemilik atau pengguna, berdasarkan kondisi pada gedung tersebut.
“Jika terdeteksi api, maka perangkat yang diletakkan pada ruangan akan menyalakan alarm atau ketika terdeteksi api dan asap melebihi dari ambang batas dari nilai yang sudah dibuat, maka perangkat kontrol akan mengaktifkan water sprinkle, dan thinger.io pada halaman monitoring akan memberikan indikasi adanya kebakaran berdasarkan asap dan deteksi api,” paparnya.
Selain itu, imbuhnya, data kejadian dari awal munculnya api, asap yang terdeteksi, kejadian perangkat actuator yang aktif, akan tercatat dalam bentuk log. Sehingga data tersebut dapat dianalisis untuk keperluan investigasi dan pengembangan pendeteksi asap yang lebih kompleks.
“Saat ini, kelompok RAF IoT Project ini, berusaha mengembangkan perangkat pendeteksi kebakaran menjadi sebuah perangkat pintar yang dapat berfungsi berdasarkan kebiasaan dari pemilik rumah atau bangunan. Juga dapat memprediksi indikasi kebakaran. Sehingga dampak kebakaran dapat benar-benar bisa diminimalisir,” tutupnya.