REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenama Moderna sedang mengembangkan vaksin bivalen yang menggabungkan suntikan khusus omicron dengan vaksin Covid-19 awal. Formulasi itu akan memengaruhi vaksin booster kedua jika nantinya dibutuhkan.
Ada kemungkinan sejumlah negara memberlakukan suntikan booster Covid-19 kedua pada musim gugur mendatang. Di Amerika Serikat, pejabat kesehatan memprediksi kasus corona dapat meningkat di bulan-bulan yang lebih dingin.
Karena itu, para ilmuwan terus mengevaluasi apakah dosis tambahan vaksin lain akan diperlukan. Jika Pfizer-BioNTech atau Moderna berhasil dalam pengembangan vaksinnya, maka suntikan berikutnya akan berisi formulasi baru.
Perbedaan booster kedua dengan sebelumnya yakni suntikan itu menargetkan varian omicron yang bersifat sangat menular. Bisa pula vaksin menyasar dua jenis varian virus corona, tidak hanya satu varian saja.
"Dunia akan membutuhkan vaksin Covid-19 yang diperbarui musim gugur ini, yang dirancang dengan kombinasi varian yang tepat," kata Kepala Petugas Medis Moderna, Paul Burton, dikutip dari laman NBC News, Kamis (10/3/2022).
Kasus Covid-19 yang dipicu varian omicron terus menurun di AS dan sejumlah negara lain. Meski begitu, virus corona kemungkinan akan tetap ada dan Covid-19 sangat mungkin menjadi virus musiman, mirip dengan influenza.
Dengan kondisi demikian, virus masih bisa terus bermutasi. Tidak ada yang tahu varian apa yang akan dominan beredar dalam beberapa bulan mendatang. Itu sebabnya vaksin dianggap perlu terus diperbarui.
Para ilmuwan, termasuk yang tergabung di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berpendapat pembaruan vaksin dapat memberikan perlindungan tingkat tinggi. Tujuannya, pasien terlindung dari penyakit parah dan kematian.
Suntikan booster yang kini digunakan dari jenama Pfizer dan Moderna, masih diformulasikan untuk menargetkan strain asli virus corona yang diidentifikasi pada akhir 2019. Moderna berpikir strain dominan musim gugur nanti kemungkinan adalah omicron, delta, atau hasil mutasi dari salah satunya.
"Delta masih ada dan omicron juga akan terus ada. Varian ini sekarang akan menyebar ke belahan bumi selatan, di mana mereka akan terus berkembang biak atau mungkin bermutasi lagi," ungkap Burton.
Uji coba vaksin Moderna dan Pfizer yang membidik omicron kini telah dimulai dan diprediksi siap pada musim gugur. Vaksin bivalen yang dirancang Moderna disebut sebagai "kandidat ideal" dan beberapa pekan mendatang akan melangsungkan uji coba terhadap manusia.
Profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College, John Moore, mewanti-wanti satu hal. Menurut dia, tidak ada jaminan bahwa vaksin baru apa pun yang dikembangkan akan berfungsi sebagaimana mestinya.
Moore merujuk sebuah studi pada satwa Februari silam. Riset itu menunjukkan bahwa suntikan booster khusus omicron tidak memberikan perlindungan yang lebih besar dibandingkan dengan booster yang ada saat ini.
Studi dari para ilmuwan di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular tersebut melihat sampel darah dari primata. Hewan-hewan itu mendapat booster khusus omicron atau strain asli Covid-19.
Moore beranggapan booster kedua mungkin tidak diperlukan, karena vaksin yang ada sekarang relatif masih bisa memberikan perlindungan. "Saya terutama skeptis terhadap vaksin bivalen karena selama pandemi tidak pernah ada dua varian yang mendominasi secara bersamaan," tutur Moore.