Jumat 11 Mar 2022 09:38 WIB

Studi Temukan Letusan Kambrium Tinggalkan Jejak di Mantel Bumi

Letusan Kambium diyakini sebagai awal mula kehidupan muncul di Bumi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Bumi. Studi baru mengungkap bagaimana ledakan kehidupan itu telah meninggalkan jejak jauh di dalam mantel bumi.
Foto: AP
Bumi. Studi baru mengungkap bagaimana ledakan kehidupan itu telah meninggalkan jejak jauh di dalam mantel bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Letusan Kambrium yang terjadi sekitar 541 juta tahun yang lalu diyakini ilmuwan sebagai saat kehidupan dan organisme benar-benar berkembang di planet Bumi. Sekarang penelitian baru mengungkapkan bagaimana ledakan kehidupan itu telah meninggalkan jejak jauh di dalam mantel bumi.

Bagi para ilmuwan, letusan ini menunjukkan interaksi yang saling berhubungan antara permukaan bumi dan apa yang ada di bawahnya. Sebab, sedimen membawa bahan organik didorong ke bawah tanah dalam rentang waktu geologis yang luas melalui interaksi subduksi.

Baca Juga

Studi baru mengamati batuan vulkanik langka yang dipenuhi berlian yang disebut kimberlites. Peneliti mengukur komposisi karbon dalam 144 sampel batuan ini yang diambil dari 60 lokasi di seluruh dunia.

Pandangan yang berlaku di kalangan ahli geologi adalah karbon yang terperangkap di dalam berlian tidak berbeda jauh selama rentang waktu ratusan juta tahun. Namun di sini para peneliti menemukan pergeseran rasio dari isotop karbon spesifik sekitar 250 juta tahun yang lalu, kira-kira saat sedimen dari Ledakan Kambrium akan terlipat ke dalam mantel.

Ini adalah pergeseran yang berpotensi disebabkan oleh perubahan besar dalam siklus karbon selama masa ketika biosfer atau zona kehidupan meningkat dalam hal massa dan keragaman.

“Pengamatan ini menunjukkan bahwa proses biogeokimia di permukaan bumi memiliki pengaruh besar pada mantel dalam, mengungkapkan hubungan integral antara siklus karbon dalam dan dangkal,” tulis para peneliti, dilansir dari Sciencealert, Kamis (10/3/2022).

Hubungan antara siklus karbon yang dekat dengan permukaan dan bawah tanah yang lebih dalam ini tidak mudah diukur. Siklus karbon telah berubah secara signifikan selama miliaran tahun Bumi telah ada.

Tampaknya jelas bahwa makhluk mati yang terperangkap dalam sedimen menemukan jalan mereka ke dalam mantel melalui lempeng tektonik. Karbon mereka tetap bercampur dengan bahan lain sebelum akhirnya mencapai permukaan lagi melalui peristiwa seperti letusan gunung berapi.

Ilmuwan kemudian mengamati strontium dan hafnium dalam sampel. Mereka mencocokkan pola karbon, mempersempit jumlah kemungkinan bagaimana komposisi batuan ini diubah.

Studi baru terus mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana karbon diambil dari dan dilepaskan kembali ke atmosfer, terutama melalui daur ulang terus menerus dari lempeng tektonik yang membentuk permukaan planet lain.

“Ini menegaskan bahwa material batuan yang tersubduksi di mantel bumi tidak terdistribusi secara homogen, tetapi bergerak di sepanjang lintasan tertentu,” kata Giuliani. “Bumi benar-benar sistem keseluruhan yang kompleks. Dan kami sekarang ingin memahami sistem ini secara lebih rinci,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement