REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, atau Mitratel membukukan laba bersih sebesar Rp 1,38 triliun sepanjang 2021. Adapun realisasi ini meningkat 129,4 persen dibandingkan laba 2020 sebesar Rp 602 miliar.
Sekretaris Perusahaan Mitratel Hendra Purnama mengatakan lonjakan laba bersih sejalan dengan pertumbuhan pendapatannya. Sepanjang 2021, pendapatan Mitratel tumbuh 11 persen menjadi Rp 6,87 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 6,18 triliun.
"Mitratel yang baru melantai bursa kurang lebih empat bulan lalu atau tepatnya 22 November 2021, berhasil membukukan laba bersih 2021 sebesar Rp 1,38 triliun atau melonjak 129,4 persen. Ini menandakan bahwa Mitratel memiliki profitabilitas yang tinggi dan dapat mengembalikan value dari investasi shareholders," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (10/3/2022).
Mitratel berencana membagikan dividen dengan rasio maksimum sebesar 70 persen dari laba bersih tahun buku 2021. Rasio dividen tersebut akan diusulkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang akan dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Menurut Hendra, laba bersih perseroan pada 2021 ditopang oleh pertumbuhan organik dan inorganik melalui strategi sales yang agresif dengan memanfaatkan keunggulan portofolio Mitratel yang tersebar secara luas di lokasi-lokasi atraktif.
Sepanjang tahun lalu, Mitratel telah menambah sebanyak 796 tower dan 2.376 tenant secara organik. Selain itu, perseroan melakukan strategi pertumbuhan inorganik yang agresif melalui akuisisi tower Telkomsel sebanyak 8.139 tower dan 8.215 tenant, serta konsolidasi aset tower Telkom sebanyak 798 tower dan 1.432 tenant.
Tingkat pertumbuhan tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) pendapatan perseroan sebesar 14 persen selama periode 2017-2021. CAGR EBITDA sebesar 29 persen dan CAGR laba bersih sebesar 36 persen.
Mitratel juga memastikan likuiditas neraca dan ketersediaan kas dapat mendukung strategi operasional perseroan. Hal itu ditunjukkan oleh neraca keuangan perseroan pada 2021.
Nilai aset hingga akhir 2021 sebesar Rp 57,72 triliun, meningkat 128,3 persen dibandingkan 2020 sebesar Rp 25,28 triliun. Liabilitas naik 40,7 persen menjadi Rp 24,08 triliun dari Rp 17,12 triliun. Ekuitas melonjak 312,2 persen menjadi Rp 33,64 triliun dari Rp 8,16 triliun.
Sementara itu secara operasional, Mitratel mencatat pertumbuhan tower dan tenant, yang ditopang oleh kesehatan finansial bisnis perseroan. Adapun jumlah tower hingga akhir 2021 sebanyak 28.206 unit, naik 52,7 persen dibandingkan 2020 sebanyak 18.473 unit. Jumlah tenant pada 2021 naik 39,3 persen menjadi 42.594 tenant dari 2020 yang sebanyak 30.570 tenant.
Hendra menyebut untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan, Mitratel memiliki empat strategi. Pertama, perseroan akan terus memacu pertumbuhan organik. Mitratel akan melakukan langkah agresif untuk menangkap peluang permintaan menara baru (B2S) dan kolokasi dari operator jaringan seluler atau MNO melalui peningkatan kapasitas dan cakupan layanan.
Kedua, strategi M&A untuk melengkapi pertumbuhan organik. Perseroan akan melakukan konsolidasi industri dengan memanfaatkan kekuatan neraca dan arus kas perusahaan, serta memaksimalkan sinergi Telkom Group. Ketiga, ekspansi ke layanan baru. Perseroan akan mengembangkan portofolio layanan infrastruktur digital yang lengkap untuk mendukung pengembangan infrastruktur penting dari MNO seperti fiber, edge infra solution, power-to-tower dan digital services (seperti IoT).
Keempat, meningkatkan efisiensi operasional. Perseroan akan mengimplementasikan inisiasi efisiensi biaya berbagai area, seperti biaya operasi dan pemeliharaan untuk meningkatkan profitabilitas dan arus kas. Perseroan juga akan melakukan transformasi digital operasional dengan meningkatkan operational business process melalui integrasi sistem IT.
Maka demikian, emiten berkode saham MTEL itu diharapkan akan bertumbuh dan mempertahankan reputasi perusahaan untuk bisnis yang berkelanjutan, sekaligus berkontribusi pada masyarakat dan lingkungan. "Tahun ini, kami menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 10 persen. melampaui rata-rata pertumbuhan industri, dengan 750 pembangunan menara dan tiga ribu kolokasi secara organik, serta tambahan tiga ribu tower secara inorganik," kata Hendra yang juga merupakan Direktur Investasi Mitratel.