Rabu 16 Mar 2022 16:18 WIB

Partikel Kosmik Bisa Ungkap Kamar Tersembunyi di Piramida Giza

Kamar tersembunyi itu diduga milik Firaun Khufu.

Rep: Mg136/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemandangan umum Piramida Agung Giza, di Giza, Mesir, 18 Desember 2020. Duta Besar Niat Baik Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) untuk Negara-negara Arab, Michael Haddad, memulai perjalanan sejauh lima kilometer dengan sekelompok atlet Mesir untuk dihubungi untuk langkah-langkah penyertaan penyandang disabilitas melalui penggunaan teknologi bantu.
Foto: EPA-EFE/MOHAMED HOSSAM
Pemandangan umum Piramida Agung Giza, di Giza, Mesir, 18 Desember 2020. Duta Besar Niat Baik Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) untuk Negara-negara Arab, Michael Haddad, memulai perjalanan sejauh lima kilometer dengan sekelompok atlet Mesir untuk dihubungi untuk langkah-langkah penyertaan penyandang disabilitas melalui penggunaan teknologi bantu.

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sekitar tahun 2015 hingga 2017, ilmuwan melakukan inisiatif pemindaian Piramida. Pemindaian itu dilakukan  menggunakan partikel muon.

Muon merupakan partikel kosmik yang jatuh di Bumi secara teratur. Pada tahun 2017, pemindaian tersebut mengidentifikasi kedua lubang di Piramida Giza.

Namun, belum diketahui apa yang sebenarnya ada di kedua lubang itu. Menurut pemindaian, yang terbesar dari dua rongga ditemukan tepat di atas galeri besar ​​terowongan yang kemungkinan mengarah pada kamar Firaun Khufu. 

Panjangnya sekitar 98 kaki (30 meter) dan 20 kaki (6 meter) tinggi. Para arkeolog tidak yakin dengan apa yang akan mereka temukan di kehampaan, yang mungkin berupa satu ruangan besar atau serangkaian ruangan kecil.

Mereka juga ingin mencari tahu untuk apa kekosongan itu. Hipotesis yang paling menakjubkan adalah bahwa itu merupakan ruang pemakaman tersembunyi Khufu. Penjelasan lain yang lebih umum adalah bahwa rongga terlibat dalam pembangunan piramida.

Pemindaian sebelumnya juga mengungkapkan lubang kedua yang jauh lebih kecil, tepat di luar sisi utara piramida dengan tujuannya yang belum dapat dipastikan.  

Piramida Agung Giza, dibangun untuk firaun Khufu (memerintah sekitar 2551 SM hingga 2528 SM). Ini adalah piramida terbesar yang pernah dibangun di Mesir kuno dan satu-satunya keajaiban dunia kuno yang tersisa.

Sekarang, tim berencana untuk memindai Piramida Besar sekali lagi. Namun, kali ini dengan sistem yang lebih kuat yang akan mempelajari muon secara lebih rinci.

Muon adalah partikel dasar bermuatan negatif yang tercipta ketika sinar kosmik menabrak atom di atmosfer bumi. Partikel berenergi tinggi ini terus menghujani Bumi dan tentunya tidak berbahaya.

Partikel ini berperilaku berbeda ketika berinteraksi dengan bahan yang berbeda, seperti batu versus udara. Peneliti dapat menggunakan detektor super sensitif untuk menemukan partikel dan memetakan wilayah yang tidak dapat mereka periksa secara fisik, seperti Piramida Besar.

Dilansir dari LiveScience, ilmuwan menjelaskan dalam makalahnya di situs Airxiv bahwa mereka berencana membuat teleskop yang memiliki sensitivitas hingga 100 kali lebih tinggi dari peralatan yang baru-baru ini digunakan di Piramida Besar.

"Penggunaan teleskop muon yang sangat besar yang ditempatkan di luar (Piramida Besar) dapat menghasilkan gambar dengan resolusi yang jauh lebih tinggi karena banyaknya jumlah muon yang terdeteksi," kata mereka. 

Menurut para peneliti, detektor sangat sensitif sehingga mereka bahkan mungkin dapat mengungkapkan keberadaan artefak di dalam rongga.

Kebutuhan dana

Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir telah memberikan izin kepada tim untuk melakukan pemindaian. Namun, tim masih membutuhkan dana untuk membangun peralatan dan menempatkannya di samping Piramida Besar.

Begitu ilmuwan memiliki dana penuh, mereka percaya akan memakan waktu dua tahun untuk membangun detektor. Saat ini, tim tersebut hanya memiliki dana yang cukup untuk melakukan simulasi dan merancang beberapa prototipe.

Teleskop akan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data setelah digunakan. "Setelah kami menyebarkan teleskop setelah sekitar satu tahun waktu pengamatan, kami berharap mendapatkan hasil awal. Kami akan membutuhkan antara dua dan tiga tahun pengamatan untuk mengumpulkan data muon yang cukup untuk mencapai sensitivitas penuh untuk studi (Piramida Besar), " kata  Alan Bross, seorang ilmuwan di Fermi National Accelerator Laboratory.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement