Sementara itu Presiden Jokowi dalam sambutannya menyatakan hal yang perlu menjadi sorotan dalam kesepakatan internasional adalah mengenai aksi nyata dari setiap agenda global, termasuk isu-isu terkait perubahan iklim.
“Sering kita bicarakan, sering dirumuskan dalam pertemuan-pertemuan global tapi aksi lapangannya belum kelihatan. Saya beri contoh transisi energi. Dari energi fosil ke energi terbarukan. Dari batubara ke renewable energy,” ungkap Presiden Jokowi.
Oleh karena itu, Presiden mendorong negara-negara IPU melakukan aksi nyata untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Di antaranya adalah pendanaan iklim, investasi untuk renewable energy, dan transfer technology dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang.
“Saya sangat menghargai apabila parlemen negara-negara IPU bisa memobilisasi bersama pemerintahnya agar bisa betul-betul nyata, konkret, melaksanakannya,” ucapnya.
“Kalau ini tidak real dilakukan, saya pesimis perubahan iklim betul-betul bisa kita cegah,” tambah Presiden Jokowi.
Usai Inaugural Ceremony IPU ke-144, Puan mendampingi Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Parlemen Korea Selatan atau Ketua Dewan Nasional Republic of Korea, Park Byeong-Seug. “DPR RI memandang penting diplomasi parlemen baik secara bilateral maupun multilateral,” jelas Puan.
Indonesia pun mengajak Korea Selatan untuk semakin memperkuat kerja sama. Puan pun menyebut Indonesia dan Korea perlu mejajaki kesempatan peningkatan kerja sama dalam sejumlah hal.
“Seperti memperdalam kerja sama green economy, ketahanan lingkungan di dalam konteks perubahan iklim, ekonomi hijau, energi baru terbarukan, kesetaraan gender, dan penanganan Covid-19,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Puan sekaligus mengundang Ketua Parlemen Korea Selatan untuk menghadiri pertemuan Parliament 20 (P20) di Indonesia yang menjadi rangkaian perhelatan G20.