REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spekulasi mengenai ‘semua orang pasti sudah pernah terinfeksi Covid-19’ tampaknya memang sangat memungkinkan. Setiap orang di seluruh dunia pasti pernah terinfeksi Covid-19, setidaknya satu kali, benarkah demikian?
Menurut survei seroprevalensi (pengujian antibodi dalam darah) Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 57 persen masyarakat di Amerika Serikat ternyata tidak pernah terinfeksi Covid-19. Mungkin mereka adalah orang yang kebal karena infeksi virus sebelum Covid, vaksin, atau kombinasi keduanya.
“Pemahaman kami tentang risiko seseorang terkena Covid akan berkembang selamanya, seiring dengan banyak faktor yang berbeda. Termasuk adanya varian baru, serta kemajuan dalam upaya pengawasan dan vaksinasi,” kata Direktur Medis Pengembangan Klinis di Goodpath, Samantha Wu, dilansir dari EatThis, Senin (18/4/2022).
Namun jika kita merasa diri kita menjadi bagian dari kelompok ‘tidak pernah terinfeksi Covid’ pada tahap pandemi ini, apakah ada cara realistis untuk membuktikannya? Dengan kata lain, bagaimana kita bisa tahu pasti jika kita tidak pernah terinfeksi Covid-19, terutama pada kasus orang tanpa gejala (OTG)?
Saat ini, para ahli kesehatan mengatakan, tidak ada cara untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang pernah terinfeksi Covid-19 dalam dua tahun terakhir atau tidak.
“Ini menjadi tantangan, karena infeksi Covid tanpa gejala itu bisa terjadi,” kata Wu.
Ada beberapa metode termasuk tes antibodi yang juga dikenal sebagai tes serologi yang dapat mengonfirmasi infeksi Covid-19. Salah seorang dewan-ahli paru bersertifikat dan spesialis perawatan kritis di MemorialCare Long Beach Medical Center, California, Fady Youssef, mengatakan, tes itu dalam kasus tertentu, membantu menentukan waktu terjadinya infeksi Covid-19.
Youssef menjelaskan, ketika tubuh terpapar virus, ia membentuk beberapa kelas antibodi (protein yang dapat melindungi dari paparan virus di masa depan). Tes antibodi dapat mendeteksi tingkat antibodi itu dan memberi sinyal jika tubuh saat ini terinfeksi atau jika infeksi sudah lama terjadi.
Namun, penting juga untuk menentukan waktu yang tepat dalam melakukan tes antibodi, karena seiring berjalannya waktu beberapa antibodi akan mulai menghilang dan mungkin bisa tidak terdeteksi. Youssef mengatakan, semakin lama seseorang hidup tanpa infeksi, semakin besar kemungkinan sistem kekebalan mereka akan kembali ke dasarnya.
Dia menambahkan bahwa Anda memiliki kemungkinan tertinggi untuk mendeteksi antibodi jika Anda melakukan tes dalam waktu tiga hingga empat minggu sejak timbulnya gejala. Jika Anda melakukan tes lebih awal, tubuh mungkin tidak dapat mendeteksi antibodi tersebut dengan andal.3 Untuk orang tanpa gejala, itu mungkin mustahil.
Menurut Wu, berapa lama tepatnya antibodi bertahan setelah infeksi, masih terus dievaluasi. Akan tetapi penelitian telah menunjukkan tingkat antibodi yang dapat dideteksi pada pasien Covid-19 adalah pada delapan bulan hingga satu tahun setelah infeksi.
Data juga menunjukkan bahwa mereka dengan gejala yang lebih parah, menghasilkan respons antibodi yang lebih kuat yang bertahan untuk jangka waktu yang lama. Tes antibodi ini dapat berguna untuk tujuan pengawasan dan dapat membantu para ilmuwan memahami pola infeksi Covid-19 dalam pengaturan vaksinasi.
Namun, tes ini tidak disarankan untuk:
- Menentukan kekebalan seseorang setelah vaksinasi
- Menginformasikan apakah orang yang tidak divaksinasi harus divaksinasi
- Diagnosis infeksi aktif
- Menentukan efektivitas/responsivitas terhadap varian yang berbeda