Kamis 21 Apr 2022 02:15 WIB

Pakai Masker di Pesawat, Bantu Tangkal Covid-19?

Sebagian maskapai penerbangan masih menerapkan aturan pakai masker di pesawat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sebagian maskapai penerbangan masih menerapkan aturan pakai masker di pesawat.
Foto: ANTARA/Fauzan
Sebagian maskapai penerbangan masih menerapkan aturan pakai masker di pesawat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hakim federal di Florida, Amerika Serikat, telah mencabut aturan yang mengharuskan memakai masker di pesawat dan transportasi umum lainnya pada Senin (18/4/2022). Menyusul itu, sebagian maskapai besar mengumumkan bahwa masker tidak lagi diperlukan di penerbangan domestik dan penerbangan internasional tertentu.

Dengan kabar tersebut, sebagian penumpang senang karena tidak perlu lagi memakai masker. Sementara, banyak juga yang khawatir tentang keamanan menggunakan transportasi massal di antara sekelompok orang asing. Sebenarnya, seberapa besar perlindungan dari memakai masker saat naik pesawat?

Baca Juga

Para ahli penyakit menular mengatakan pemakaian masker masih layak dilakukan, meski sifatnya satu arah. "Masker satu arah memang kurang efektif dibanding masker dua arah, tapi lebih efektif daripada tidak memakai masker sama sekali," kata Andrew Handel, ahli penyakit menular pediatrik di Rumah Sakit Anak Stony Brook.

Masker satu arah sangat protektif terutama jenis masker berkualitas tinggi seperti N95, KN95, atau KF94. Sejumlah jenis masker tersebut dapat menyaring partikel virus dari udara yang dihirup dengan lebih baik. Sementara, masker kain dan masker bedah tidak banyak melindungi dari varian omicron yang sangat menular.

Handel merekomendasikan untuk menyalakan ventilasi udara di atas kursi agar udara yang disaring tetap mengalir di sekitar penumpang. Kurangi aktivitas berkeliling di bandara tanpa masker dan perhatikan langkah protokol kesehatan lain seperti menjaga jarak dengan orang lain di bandara atau di lokasi yang ramai.

Penelitian telah menunjukkan bahwa masker yang baik dan pas secara signifikan mengurangi jumlah paparan virus sehingga menurunkan kemungkinan terinfeksi virus. Pakar penyakit menular dan sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins, Amesh Adalja, menganjurkan memakai masker bedah atau yang perlindungannya lebih tinggi serta memastikan ukurannya pas di wajah. Jangan sampai ada celah di antara hidung, mulut, dan dagu supaya efektivitas masker tetap optimal.

Dia mengatakan, kondisi di pesawat terbang memang memiliki sistem penyaringan udara mumpuni yang menghilangkan sebagian besar SARS-CoV-2 dari udara. Fitur tersebut membuat penumpang bisa terbang lebih aman daripada banyak aktivitas dalam ruangan yang ramai lainnya. Namun, tidak ada salahnya untuk tetap mengenakan masker.

Adalja menyoroti pula tentang pemakaian masker penumpang anak di pesawat. Meskipun, sebagian besar anak kecil tidak berisiko terkena penyakit parah akibat Covid-19, terutama jika mereka sudah pernah terkena Covid-19 atau telah divaksinasi. Tetap saja, saat anak ada di antara banyak penumpang lain, orang tua bisa merasa waswas. 

Bagi orang tua yang anak-anaknya belum memenuhi syarat untuk vaksin, perlu mempertimbangkan kesehatan anak terlebih dahulu sebelum terbang. "Untuk anak-anak berisiko tinggi yang sudah bisa memakai masker, pemakaian masker satu arah sangat berfungsi," ucap Adalja.

Dokter spesialis penyakit menular di University of  California, San Fransisco, Monica Gandhi, juga menyarankan publik tetap memakai masker saat berada di tempat ramai seperti bandara, pesawat, atau kereta api. Terutama, orang-orang yang berisiko atau yang sistem kekebalannya terganggu.

"Saya akan merekomendasikan N95, KN95, FFP2, KFN94 atau masker ganda (bedah plus kain) di transportasi umum," tutur Gandhi, dikutip dari laman Huffington Post, Rabu (20/4/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement