Gobel menerangkan di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur, Indonesia justru masih melakukan impor untuk barang-barang yang justru sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Padahal, pemerintah telah memiliki regulasi tentang keharusan penggunaan produk dalam negeri tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Hal ini sangat tak memperkuat ekonomi nasional. Padahal itu proyek negara. Ini juga berarti APBN kita untuk membayar upah buruh negara lain. Jadi sama saja membuat makmur rakyat negara lain dan memperkuat industri negara lain,” katanya.
Di saat Indonesia gencar membangun, impor malah banjir. “Ini namanya mematikan industri dalam negeri,” katanya.
Menurutnya pembangunan justru harus memperkuat industri dalam negeri. APBN dan pasar dalam negeri yang besar merupakan insentif tersendiri dalam mengundang investasi asing untuk membangun industri nasional.
Berdasarkan pemberitaan di media, lanjut Gobel, pada 2021 impor baja naik 22 persen dan proporsi baja impor pada tahun itu mencapai 43 persen. Berdasarkan data statistik, impor besi dan baja pada 2017 senilai 7,985 miliar dolar AS. Namun pada 2021 melonjak menjadi 11,957 miliar dolar AS. Dari 2020 ke 2021, melonjak drastis 74,42 persen.
Sedangkan untuk barang elektronika, impor pada 2017 mencapai 17,931 miliar dolar AS. Pada 2021 melonjak menjadi 22,338 miliar dolar AS. Dari 2020 ke 2021 melonjak 17,4 persen. Khusus untuk alat pendingin ruangan (AC), 80 persen dikuasai produk impor. Padahal semua produk itu sudah bisa diproduksi di dalam negeri.
Untuk membangun SDM berkualitas, kementerian pendidikan dan kebudayaan diminta lebih fokus pada manusianya. “Jangan sibuk pada proyek yang sifatnya fisik atau sibuk gonta-ganti sistem,” katanya.
Menurutnya, anggaran untuk sektor pendidikan sudah sangat besar. Bahkan pada usulan APBN P 2022, di tengah tekanan terhadap APBN akibat kenaikan harga minyak bumi dan subsidi energi yang membengkak, anggaran untuk pendidikan justru ditambah. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia sangat peduli pada kualitas SDM.
“Kita harus bisa mengejar ketertinggalan akibat pandemi ini. Belajar secara daring telah memberikan dampak yang cukup besar. Ini saya temui sendiri saat saya turun ke pelosok-pelosok. Jadi jangan habiskan anggaran untuk hal-hal yang sifatnya fisik,” tegas Gobel. Selain itu, katanya, siapkan SDM yang kuat di sektor-sektor yang sedang kita kejar seperti pertanian dan lain-lain.