REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan bus listrik diharapkan bisa memperbaiki kualitas udara yang tercemar akibat asap kendaraan bermotor. Kasubdit Angkutan Orang Antar Kota Kementerian Perhubungan Handa Lesmana berharap jika banyak bus listrik, kualitas udara jadi membaik.
Polusi dan pencemaran udara menjadi ancaman serius bagi masyarakat, terutama di perkotaan, dengan kepadatan kendaraan bermotor yang tinggi. Pada awal pandemi, banyaknya kendaraan yang tidak beroperasi terbukti berpengaruh terhadap kualitas udara yang membaik.
Pemerintah mendorong kendaraan umum berbasis listrik demi mewujudkan komitmen emisi nol karbon paling lambat pada 2060. Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan bahwa kendaraan-kendaraan kelak harus ramah lingkungan, yakni berbasis listrik.Masih banyak tantangan yang harus dihadapi agar kendaraan listrik kian populer di Indonesia, diantaranya adalah memperbanyak stasiun pengisian daya.
"Kendala bus listrik masih di teknologi baterai sehingga masih riskan untuk pergerakan jauh," katanya, Rabu (8/6/2022).
Handa mengatakan, pemerintah sudah membuat regulasi untuk mendukung penggunaan bus listrik agar bisa mengeksekusi kebijakan yang mendukung ke arah kendaraan ramah lingkungan. Regulasi yang telah ada kelak bisa disesuaikan dengan kemajuan teknologi mutakhir.
"Yang penting keamanan tetap terjaga meski ada perubahan regulasi, regulasi harus sejajar dengan safety," katanya.
Pemerintah memiliki target implementasi angkutan massal perkotaan berbasis listrik. Diharapkan sebanyak 90 persen angkutan massal sudah berbasis listrik di 34 provinsi pada tahun 2030.
Pemerintah juga memiliki program implementasi angkutan kawasan pariwisata berbasis listrik yang ditargetkan mulai terwujud pada 2025. Angkutan kawasan pariwisata berbasis listrik akan ada di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional seperti Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Tana Toraja, Candi Borobudur, Mandalika, Gunung Bromo, Wakatobi, Labuan Bajo, Morotai dan Likupang.
"Mulai 2025 di kawasan strategis pariwisata nasional sudah ada ancang-ancang," katanya.
Sementara itu, target elektrifikasi angkutan Antar Kota Antara Provinsi masih terkendala dengan teknologi baterai. Mengingat teknologi baterai kendaraan masih terbatas, implementasi akan dimulai untuk jenis angkutan jarak pendek seperti antar kota di pulau Jawa.
Setelah teknologi baterai berkembang dan memungkinkan bus listrik bisa menempuh jarak yang lebih jauh, diharapkan angkutan Trans Jawa dan Trans Sumatera sudah seluruhnya beralih ke mobil listrik pada 2045.
Bulan ini, PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) sedang menguji coba tiga bus listrik selama tiga bulan dengan rute Kampung Melayu - Tanah Abang (5F) untuk mengetahui ketahanan baterai dan memastikan sertifikasi kesesuaian terhadap kebutuhan TransJakarta.