REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hamid Basyaib, Jurnalis Senior.
Tak lama setelah menjabat Rektor Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, GBPH Prabuningrat didatangi seorang tamu ramah yang membawa sertifikat tanah sekitar 2000 m2. Di pertengahan 1970-an itu, UII hanya punya satu kampus di Jalan Cik Ditiro, yang digunakan untuk perkuliahan semua fakultas (Ekonomi, Hukum, Teknik Sipil). Sangat sering mahasiswa juga harus kuliah di tempat pinjaman, Masjid Syuhada, Kotabaru, tak jauh dari kampus Cik Ditiro.
Tamu Pak Prabuningrat dengan santun dan rendah hati meminta agar tuan rumahnya memastikan anak laki-lakinya diterima di Fakultas Hukum. Untuk itu ia bersedia memberikan sebidang tanahnya yang cukup luas di jalan raya Taman Siswa yang lokasinya sangat baik.
Pak Prabuningrat, salah satu putera Hamengku Buwono VIII dan kakak tiri Sultan Hamengku Buwono IX, menjelaskan bahwa ia, meski berposisi sebagai rektor, tidak berwenang menjamin diterimanya anak si tamu. “Semuanya harus berdasarkan ujian masuk, dan merupakan wewenang fakultas masing-masing,” katanya.
Ketika si tamu merengek dan membujuk, dan merasa bahwa memasukkan seorang mahasiswa ke universitasnya adalah urusan kecil, Pak Prabuningrat yang tinggi besar dan selalu berpeci hitam dan kemeja putih lengan pendek itu, jengkel dan meminta sang tamu segera keluar dari rumahnya.
Baca juga : Profil Rektor Unila yang Terjerat KPK, Dikenal Kencang Teriak Radikalisme Kampus
Ia merasa tersinggung bahwa kursi mahasiswa di universitas yang dipimpinnya seolah bisa diperdagangkan dengan mudah. Ia terhina bahwa lembaga pendidikan yang ia jaga kemuliaannya itu bisa dibeli dengan murah — berapa tinggi pun harga yang ditawarkan baginya adalah harga yang murah.
Si tamu yang segera ciut nyalinya menghadapi ketegasan tuan rumah yang sangat berwibawa itu buru-buru keluar, lupa pada map berisi sertifikat yang dibawanya. Ketika Pak Prabuningrat melihat map itu tergeletak di meja ruang tamu rumahnya, ia segera memerintahkan pembantunya mengantarkannya kepada pemiliknya. Ia sejak awal tak pernah membukanya.