REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala SD Negeri 26 Krui Isdiarto mengatakan, para guru tetap semangat mengajar murid-muridnya meski banyak keterbatasan. SDN 26 Krui terletak di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Isdiarto menjelaskan bahwa secara geografis, sekolah tersebut berada di antara hutan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Untuk menuju ke sekolah, Isdiarto yang biasa disapa Is mengatakan, satu-satunya akses adalah melalui jalur darat dengan kondisi jalan yang masih berupa tanah, yang akan berubah menjadi lumpur saat musim hujan tiba.
"Jadi kita harus menyusuri hutan belantara, TNBBS, dan bisa melalui pesisir laut. Tapi pesisir ini hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu, ketika cuacanya bagus. Kurang lebih berjarak 20-30 kilometer dari ibukota kecamatan," kata Is dalam bincang-bincang yang digelar daring diikuti dari Jakarta, Rabu (9/11/2022).
"Akses menuju (sekolah) kita juga harus menyeberangi lima muara. Dua muara sudah ada jembatan kayu, tiga muara belum. Jadi ketika hujan, banjir, ini adalah yang saya takuti. Dari jalan yang bisa dilewati kendaraan motor itu, kurang lebih 20-25 kilometer. Kalau sudah biasa jalan enggak berasa lama, ya, sekitar 3-4 jam bisa sampai," lanjutnya.
Is bercerita bahwa dia pertama kali datang ke Pesisir Barat pada 2014, ketika baru diterima CPNS. Awalnya, ia mengaku kaget karena kondisi sekolah di wilayah tersebut sangat berbeda dengan kondisi sekolah-sekolah yang ia hadapi sebelumnya, karena masih berdinding papan dan berlantai tanah.
Namun ketika melihat semangat yang luar biasa dari para murid dan rekan sejawatnya yang masih berstatus honorer di wilayah yang sama, Is mengaku merasa termotivasi untuk terus berjuang memajukan pendidikan di sana. "Kalau saya kan alhamdulillah sudah berstatus sebagai pegawai negeri, artinya saya punya kelebihan dari segi penghasilan. Jadi melihat kondisi itu saya berpikir apa yang bisa saya perbuat untuk kemajuan di daerah kita," katanya.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, Is mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sangat membantu guru. "Kebijakan Kemendikbudristek ini saya nilai luar biasa karena banyak wujud perhatian untuk peningkatan kualitas pendidikan. Mulai dari program Guru Penggerak dan yang sekarang kita ikuti adalah Sekolah Penggerak," ujar dia.
"Salah satu motivasi kami mengikuti program Sekolah Penggerak ini adalah bagaimana untuk bisa merubah pendidikan di daerah kami, khususnya sekolah kami," katanya.
Menurut Is, kebijakan Kemendikbudristek sangat membantu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada. Melalui program-program yang dijalankan, guru menjadi semangat untuk terus belajar dan mengikuti perkembangan-perkembangan terbaru di dunia pendidikan.
Bahkan, kata dia, pihaknya kerap mendatangkan narasumber-narasumber dari pengawas sekolah atau sejawat yang lebih kompeten untuk memberikan penambahan materi serta pelatihan agar guru-guru bisa meningkatkan pemahaman mengenai sistem pembelajaran kurikulum merdeka. "Dalam pelaksanaan ini, kita juga tidak mau egois. Jadi di wilayah kita ada beberapa sekolah, jadi saat pelatihan itu kita sertakan juga sekolah yang lain," ujar Is.
Mengenai implementasi kurikulum merdeka, Is mengatakan SD Negeri 26 Krui sendiri telah memasuki tahun kedua. Dalam pelaksanaannya, Is mengatakan pihaknya selalu melibatkan orang tua murid.
"Dalam proses implementasi kurikulum merdeka ini yang paling menarik adalah kegiatan projek profil pelajar Pancasila. Dari mulai penentuan projek, persiapan, pelaksanaan, kita libatkan orang tua, apa yang mau kita angkat itu kita tawarkan dulu (kepada orang tua)," katanya.
Menurut Is, tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan akses internet. Padahal, akses internet sangat dibutuhkan terutama dalam proses pendampingan dari fasilitator Sekolah Penggerak. Meski demikian, Is mengatakan dirinya dan guru-guru lain memitigasinya dengan melakukan pembagian tugas.
"Jadi ketika ada pendampingan dari fasilitator, kita bagi. Ada yang tetap tinggal di sekolah, sebagian lagi ke luar menuju wilayah kecamatan yang akses sinyalnya memadai," kata dia.
Melihat semangat dan perjuangan Is dan guru-guru di SD Negeri 26 Krui, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Praptono memberikan apresiasi. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Is dan guru-guru hebat di sekolah tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi bagi guru-guru hebat di sekolah lain.
"Saya memberikan apresiasi dan terima kasih setinggi-tingginya atas kolaborasi dan kesungguhan dari para guru dan kepala sekolah. Jika guru hebat sudah beraksi, merdeka belajar bukan sebuah tantangan," ujar Praptono.