Ahad 20 Nov 2022 19:37 WIB

Kemenkop dan UMKM: Kewirausahaan Perlu Dibentuk Sejak Usia Mahasiswa

Untuk mendorong mahasiswa menjadi entrepreneur muda, diperlukan sejumlah hal.

Aster Panglima TNI Mayjen TNI Purwo Sudaryanto (kiri) menyerahkan cindera mata kepada Ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan (LPKK) Unkris, Dr  Susetya Herawati (kanan) dalam kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) Kreatif 2022 yang digelar Mabes TNI dan Universitas Krisnadwipayana (Unkris) secara hybrid di kampus Unkris, pertengahan November 2022.
Foto: Dok. Unkris
Aster Panglima TNI Mayjen TNI Purwo Sudaryanto (kiri) menyerahkan cindera mata kepada Ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan (LPKK) Unkris, Dr Susetya Herawati (kanan) dalam kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) Kreatif 2022 yang digelar Mabes TNI dan Universitas Krisnadwipayana (Unkris) secara hybrid di kampus Unkris, pertengahan November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah telah menetapkan penambahan entrepreneur baru sebanyak satu juta orang untuk mengejar target rasio kewirausahaan 3,95 persen hingga 2024. Target tersebut membutuhkan keterlibatan semua pihak terutama kalangan perguruan tinggi.

"Kewirausahaan itu perlu dibentuk sejak usia muda seperti pada usia-usia mahasiswa. Tujuannya agar wirausaha yang lahir bukanlah pengusaha yang sifatnya temporer, tetapi pengusaha-pengusaha yang punya potensi menjadi besar di masa depannya," ujar Kepala Bagian Perencanaan Pemantauan dan Evaluasi Kedeputian Bidang Kewirausahaan Kemenkop dan UMKM, Fiter Silaen, pada kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) Kreatif 2022 yang digelar Mabes TNI dan Universitas Krisnadwipayana (Unkris) secara hybrid di kampus Unkris pekan lalu, seperti dalam siaran persnya, Ahad (20/11/2022).

Jadi, menurut Fiter, pengusaha itu nantinya bukan sekadar menjadi pelaku usaha karena keterdesakan. "Sebab ketika pandemi, banyak orang yang kemudian menjadi pelaku usaha tetapi berdasarkan survei hanya sedikit sekali yang terus eksis."

Fiter melanjutkan, untuk mendorong mahasiswa menjadi entrepreneur muda, selain diperlukan penguatan kurikulum kewirausahaan, perguruan tinggi juga perlu membentuk inkubator bisnis. Tujuannya membantu para mahasiswa menggali potensi bisnis yang ada baik itu potensi dari dalam diri mahasiswa, potensi di sekitarnya, dan potensi-potensi lainnya.

“Jadi perguruan tinggi perlu memiliki lembaga inkubator yang mumpuni sehingga ke depan bisa menelurkan mahasiswa bukan sekadar pelaku bisnis tapi pengusaha besar di masa depan,” jelas Fiter.

Untuk menjadi seorang entrepreneur, Direktur PT Pusat Studi Apindo (ATC) Prof Prayitno, menyatakan, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal DNA kewirausahaan yakni kenal, kanal, dan kawal. Kenal artinya harus mengenal potensi atau bakat yang dimiliki. Untuk itu para mahasiswa harus memiliki roadmap atau peta jalan. Peta jalan ini penting untuk menjadi tuntunan mau jadi apa di masa depannya. “Karena kalau tidak punya peta jalan, begitu lulus, ilmunya susah, sudah jadi doktor malah buka usaha pecel lele. Ini tidak sesuai dengan ilmu yang dipunyainya.”

Menurut Prayitno, untuk menjadi seorang sukses kuncinya adalah berani menjadi minoritas. Dalam arti berbeda dengan kebanyakan yang dilakukan orang. “Menang talenta itu belum tentu menjadi sukses. Dalam beberapa kasus ajang pencarian bakat, banyak yang menang namun dalam perjalanannya tidak menjadi bintang. Tetapi sebaliknya, mereka yang tidak menang malah menjadi sukses,” tegasnya.

Prayitno mengingatkan selain talenta, menjadi seorang wirausaha juga harus memiliki performance. “Ingat bahwa tidak semua orang bisa menjadi entrepreneur karena menjadi entrepreneur harus memiliki nyali, ketahanan, inisiatif, dan keuletan,” jelasnya.

Jika sudah mengenal talenta, maka untuk menjadi seorang pebisnis, jelas Prayinto, seseorang juga harus memiliki kanal. Kanal ini bisa dalam bentuk relasi, bisa juga role model. Dan terakhir adalah mengawal bisnis. “Untuk menjadi seorang pebisnis besar maka kita harus masuk dalam komunitasnya agar kita ikut menjadi besar.”

Senada juga disampaikan Toro Sudarmadi. Dalam paparannya, Ketua Umum Himpunan Pengusaha dan Wiraswasta Indonsia (HIPWI) tersebut mengatakan bahwa banyak pelaku UMKM yang tidak bertahan karena dalam bisnisnya hanya fokus pada produk dan melupakan brand awarness. Padahal brand awarnes merupakan hal penting dalam strategi pemasaran agar produk lebih dikenal masyarakat. “Brand awarness penting untuk menggambarkan tingkat pengetahuan masyarakat akan produk yang kita jual,” katanya.

Untuk meningkatkan brand awarnes, lanjut Toro, seorang pelaku bisnis bisa memanfaatkan media sosial (medsos). Namun hal yang perlu diingat bahwa seseorang harus memilih dengan tepat kanal media sosial yang akan digunakan. "Karena tidak semua medsos didatangi oleh calon pembeli kita,” katanya.

Toro juga melihat pentingnya pelaku UMKM untuk masuk dalam e-commerce. Karena bergabung dalam sistem e-commerce, pelaku bisnis akan mendapatkan feedback dari konsumennya baik terkait produk, maupun pengiriman, dan layanan lainnya.

Sementara itu, Susetya Herawati dalam paparannya menjelaskan untuk menjadi wirausaha, menemukan ide bisnis adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh seseorang. Ide ini bisa digali dari potensi yang dimiliki individu seperti bakat dan hobi. Bisa juga muncul dari persoalan yang terjadi di sekitar, atau inspirasi dari masalah personal, menemukan pesaing, dan melalui riset. “Ide-ide itu semua karena kita lahir memang punya kreativitas yang bersangkutan dengan kemauan dan kehendak,” jelasnya.

Kreativitas, lanjut Herawati, berbeda dengan inovasi. Kreativitas adalah kapasitas pikiran, dengan melibatkan rasa dan kehendak. “Talenta atau bakat bawaan mendukung kreativitas, meskipun tidak semua orang yang memiliki talenta adalah kreatif, jenius adalah orang yang brilian dan sekaligus kreatif,” ucapnya. "Meski demikian, kreativitas tidak akan menjadi apa-apa jika tidak disentuh dengan knowledge dan inovasi."

Lebih lanjut Herawati mengatakan, penduduk Indonesia saat ini tercatat 270,2 juta jiwa, di mana penduduk usia produtif mencapai 191,08 juta jiwa dan yang berusia milenial 69,38 juta jiwa. “Artinya, 25,87 persen dari jumlah penduduk Indonesia merupakan generasi muda yang pada tahun 2030 nanti akan menjadi penopang dari penduduk usia tua. Bayangkan apa yang akan terjadi, jika generasi milenial tersebut menganggur,” kata dia mengingatkan.

Karena itu, Herawati yang juga ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan (LPKK) Unkris menilai solusinya adalah menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada generasi milenial terutama para mahasiswa.

Bagi Herawati, bangsa Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi wirausaha yang mampu mengembangkan produk inovasi. Karena syarat menjadi negara maju harus memiliki wirausaha sekitar 14 persen dari total jumlah penduduknya. Sedang Indonesia saat ini baru memiliki 3 persen dari penduduknya yang menjadi wirausaha. Ruang lingkup wirausaha itu sendiri meliputi bidang ekonomi kreatif, pemberi jasa, perdagangan, agraris, dan maritim.

Komsos Kreatif 2022 merupakan hasil kerja sama antara Mabes TNI dengan Unkris. Mengambil tema “Melalui Komsos Kreatif Kita Wujudkan Ekonomi Kreatif Kerakyatan dalam Rangka Membantu Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional”, kegiatan tersebut dihadiri Aster Panglima TNI Mayjen TNI Purwo Sudaryanto, Ketua Senat/Pembina Yayasan Unkris Prof. Dr. T.Gayus Lumbuun SH, MH, Ketua Yayasan Unkris Amir Karyatin SH, dan Rektor Unkris Dr. Ir. Ayub Muktiono, M.SiP.,CIQaR.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement