Selasa 06 Dec 2022 14:32 WIB

Gemar Jajan Saat Liburan? Waspada Diare

Diare adalah kondisi perubahan frekuensi buang air besar.

Rep: Desi Susilawati/ Red: Muhammad Hafil
Gemar Jajan Saat Liburan? Waspada Diare. Foto: Penyakit diare (ilustrasi).
Foto: xamthon.net
Gemar Jajan Saat Liburan? Waspada Diare. Foto: Penyakit diare (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Musim liburan segera tiba, pertengahan Desember anak-anak sekolah mulai libur. Biasanya akan diisi dengan liburan ke berbagai tempat dan tak lupa juga mereka jajan untuk mencicipi kuliner daerah. Namun, berhati-hatilah, jika tidak bisa menjaga kebersihan tangan dan makanan yang dikonsumsi tidak bersih bisa mengakibatkan Diare.

Diare adalah kondisi perubahan frekuensi buang air besar (BAB) yang disertai perubahan konsistensinya, yakni BAB menjadi lebih lembek atau cair dan frekuensinya meningkat. “Bisa dikatakan hampir semua orang pernah mengalami diare, karena memang dari penyebabnya pun bisa karena infeksi atau tidak cocok dengan makanan. Jadi memang akan mudah dialami oleh semua orang,” ujar Medical Officer PT Kalbe Farma Tbk, dr Kristia Avi Ardiani, dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (6/12/2022).

Baca Juga

Menurutnya ada dua tipe diare. Pertama, diare akut, yakni terjadi kurang dari dua minggu, yang biasanya disebabkan oleh makanan terkontaminasi atau infeksi virus, bakteri, atau parasit. Penyebab lainnya, perubahan pola asupan, yakni sistem pencernaan belum terbiasa dengan asupan yang baru dikonsumsi, misalnya diare karena pertama kali minum susu.

"Pada kondisi ini, diare bisa sembuh dengan sendirinya. Namun jika disebabkan infeksi, butuh penanganan."

Kedua, diare kronis, yakni terjadi selama lebih dari dua minggu. Penyebabnya, malabsorbsi atau gangguan penyerapan, misalnya orang-orang yang memiliki intoleransi gluten, laktosa, fruktosa. Bisa juga karena penyakit yang terdapat peradangan di saluran cerna, seperti Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Irritable Bowel Syndrome (IBS).

“Maka, harus ada manajemen lifestyle dan makanan yang dikonsumsi. Gangguan saluran cerna yang terjadi secara kronik pun memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Diare pun bergantung pada daya tahan tubuh,” jelas dr Avi.

Diare juga bisa disebabkan karena penularan infeksi melalui fekal oral. Misalnya, saya diare dan ke kamar mandi tapi saya cuci tangannya tidak bersih, lalu saya pegang gagang pintu, nah ketika orang lain pegang gagang pintu itu lalu gigit jari, maka orang itu bisa terkena diare.

Diare perlu diwaspadai ketika berlangsung lebih dari tiga hari, dan sudah dibantu dengan oralit tapi gejalanya tidak membaik atau semakin parah. Apalagi jika ada tambahan gejala lain, seperti demam, mual, muntah, sakit perut, perut terasa keram, tiba-tiba BAB-nya ada lendir atau darah, maupun berkali-kali BAB. Kondisi tersebut memungkinkan diare disebabkan infeksi.

“Kalau diare, yang perlu kita waspadai adalah jangan sampai terjadi dehidrasi, karena saat diare banyak cairan tubuh yang hilang, karena keluar terus lewat feses," tambahnya.

Menurutnya cairan tubuh juga hilang beserta elektrolit-elektrolit yang memang untuk tubuh. Jadi caranya, minum air yang cukup, air putih atau ditambah cairan oralit yang mengandung garam dan gula.

Apabila cairan oralit tidak membantu, kata dr. Avi, bisa ditambahkan obat-obatan mengandung adsorben untuk menghentikan diare, misalnya ada attapulgite, pectin, karbon aktif, bismuth.

“Supaya tidak diare, kita harus bisa memilih makanan, cara penyajiannya bersih atau tidak, cara meng-handlenya cuci tangan dulu atau tidak," jelasnya.

Kalau tidak bersih, risikonya lebih tinggi untuk terkontaminasi dan akan menyebabkan diare. Lalu, dibatasi atau menghindari makanan yang memang mencetuskan diare, karena kan memang orang satu dengan yang lain berbeda pencetusnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement