REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) berhasil menorehkan pencapaian positif sepanjang 2022. Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy mengatakan, perusahaan telah melakukan sejumlah aksi korporasi dalam mendorong optimalisasi kinerja perseroan untuk mempertahankan posisinya sebagai raja industri menara di kawasan Asia Tenggara.
"Mitratel berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 18,46 triliun dari IPO yang dilakukan pada November 2021. Dari dana tersebut direncanakan digunakan untuk mendanai pertumbuhan inorganik pada 2022 sebesar 50 persen," ujar Teddy dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (19/1).
Dengan adanya beberapa aksi inorganik atas menara dan fiber optik yang berhasil dilakukan Mitratel, lanjut Teddy, alokasi dana tersebut telah digunakan sepenuhnya yakni sebesar Rp 9,305 triliun sampai akhir 2022. Teddy menyampaikan, perusahaan berhasil melampaui target akuisisi menara telekomunikasi pada tahun lalu yakni sebanyak 6.088 menara atau 202,9 persen dari target awal yang sebanyak 3 ribu menara, dengan rincian 6 ribu menara Telkomsel, 39 menara Citra Gaia, 38 menara MSN, dan 11 menara lainnya, serta akuisisi fiber optic sepanjang 6.012 km.
"Akuisisi menara dan fiber optik merupakan bagian dari usaha untuk memastikan Mitratel selalu siap dan secara cepat dapat memberikan solusi bagi operator telekomunikasi yang akan memperluas layanannya," ucap Teddy.
Teddy menjelaskan Mitratel selama ini memiliki fundamental bisnis yang kuat dan sejumlah program yang diyakini dapat memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Di samping melakukan penambahan menara baru, perusahaan juga secara agresif menjalankan program peningkatan tenancy ratio, terus memperkuat pembangunan ekosistem bisnis menara dengan menyediakan connectivity berkapasitas tinggi melalui penggelaran fiber optic dan layanan satelit, serta penyediaan daya (power to tower) yang akan memberikan dukungan penuh kepada operator telekomunikasi.
"Dalam industri menara, kami meyakini semakin banyak alat produksi yang dimiliki Mitratel maka semakin besar potensi bisnisnya. Dengan kepemilikan Menara yang semakin banyak maka akan semakin mudah bagi operator telekomunikasi untuk menempatkan perangkatnya (kolokasi) di tower kami," sambung Teddy.
Teddy menyebut seluruh transaksi dilakukan dengan mengedepankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dengan memperhatikan peraturan terkait yang berlaku secara internal maupun eksternal, baik untuk aspek compliance, governance, profitabilitas, maupun peraturan relevan lainnya. Selain akuisisi Menara dan fiber optic, dia katakan, Mitratel juga melakukan aksi korporasi berupa share buyback pada periode 2 Juni hingga 2 September 2022 mengingat tren penurunan harga saham Mitratel pada Mei 2022.
"Manajemen berkeyakinan tren dan tingkat harga saham tersebut tidak mencerminkan fundamental perseroan. Sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam meningkatkan nilai pemegang saham, maka Mitratel melakukan pembelian kembali saham perseroan," lanjut Teddy.
Dia menilai pembelian kembali saham Mitratel tidak memengaruhi kondisi keuangan perseroan karena arus kas dan modal kerja yang memadai untuk membiayai kegiatan usaha. Aksi ini juga memberikan fleksibilitas perusahaan dalam mengelola modal jangka panjang, yang mana saham treasuri dapat dijual di masa mendatang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan tambahan modal.
"Mitratel akan terus agresif mencari dan memanfaatkan peluang khususnya dalam melakukan aksi korporasi. Kami meyakini potensi pertumbuhan bisnis menara telekomunikasi dan bisnis turunannya masih sangat tinggi, khususnya dalam mendukung kedaulatan digital di Indonesia," kata Teddy menambahkan.