Oleh: Fikrul Hanif Sufyan, penulis Gejolak Sosial di Sumatra Barat dan pengajar di STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh.
Tersebutlah kisah lahirnya sekolah-sekolah partikelir–yang didirikan kelompok Islam modernis di pesisir Pantai Barat Sumatra dan pedalaman Minangkabau. Masifnya sekolah-sekolah partikelir itu, tidak lepas untuk mengimbangi laju tak tertahankan dari Volkschool–atau Sekolah Desa yang marak didirikan hingga di pedalaman Minangkabau.
Volkschool sebagai bagian dari Politik Balas Budi menjadi booming di awal abad ke-20 di Nusantara. Didirikan pada tahun 1907, dengan lama pendidikan tiga tahun. Kelanjutan sekolah desa ini, muncul pada tahun 1915 dengan lama belajar dua tahun.
Volkschool diperuntukkan bagi anak-anak pribumi yang tinggal di desa-desa. Pendirian sekolah ini didasarkan tuntutan kepentingan pembangunan perekonomian negara secara ekstensif, Belanda terpaksa memberikan kesempatan pendidikan kepada lapisan bawah penduduk pribumi.
Pun di Sumatra Barat. Sekolah yang idenya pernah dirintis di masa Van den Bosch melalui surat edaran tahun 1931 itu, memang bermunculan hampir di tiap-tiap nagari. Sekolah Desa memang diperuntukkan bagi anak-anak pribumi, tanpa melihat status sosial dan ekonomi dari orang tuanya.