REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apple telah meluncurkan beberapa series produk yang diklaim netral karbon. Namun sebuah laporan investigasi terbaru mengungkap bahwa Apple ternyata tidak transparan mengenai emisi karbon dari para pemasoknya.
“Apple telah mengalami kemunduran dalam hal transparansi mengenai emisi rantai pasokannya. Ada kebutuhan untuk disclosure penuh dan penjelasan tentang bagaimana Apple mencapai netralitas karbon dari produk-produknya, mengingat peningkatan karbon dari beberapa pemasoknya,” tulis laporan tersebut seperti dilansir The Verge, Rabu (4/10/2023).
Laporan ini diterbitkan oleh Institute of Public and Environmental Affairs (IPE), sebuah organisasi penelitian lingkungan nirlaba yang berbasis di Beijing yang didirikan oleh mantan wartawan investigasi Ma Jun.
Apple merilis model Apple Watch terbarunya bulan lalu dan mengatakan bahwa kombinasi casing dan tali jam menjadikannya netral karbon. Untuk mencapai netralitas karbon, Apple mengatakan bahwa mereka mengurangi emisi dari bahan, listrik, dan transportasi dengan bantuan pemasok yang menggunakan energi bersih. Polusi yang tersisa kemudian diimbangi melalui proyek-proyek berbasis alam seperti merestorasi hutan agar dapat menangkap lebih banyak karbon.
Menurut Apple, lebih dari 300 pemasoknya telah berkomitmen untuk menggunakan 100 persen clean energy untuk produksi Apple pada tahun 2030. Apple sendiri memiliki tujuan untuk menjadi netral karbon di seluruh operasi, rantai pasokan, dan siklus semua produknya pada tahun 2030.
Namun menurut laporan IPE, Apple berhenti mewajibkan para pemasoknya untuk mengungkapkan data emisi gas rumah kaca mereka kepada publik tahun ini. Dan berdasarkan data yang dapat dikumpulkan IPE sebelumnya, angka-angka tersebut tidak cukup masuk akal.
“Yang membingungkan adalah bahwa dengan pengiriman ponsel pintar global yang turun 12 persen pada tahun 2022, data emisi rantai pasokan Apple, yang telah kami kumpulkan melalui berbagai saluran, menunjukkan bahwa emisi karbon dari beberapa pemasoknya hanya sedikit menurun, dan dalam beberapa kasus bahkan meningkat,” kata direktur IPE Ma Jun.
Apple mengatakan bahwa 100 persen listrik manufaktur bersumber dari energi bersih untuk Apple Watch Ultra 2, Alpine Loop, dan Trail Loop.
“Namun jika para pemasok tidak secara terbuka mengungkap data penggunaan energi bersih dan emisi gas rumah kaca mereka, bagaimana bisa diverifikasi secara publik bahwa proses manufaktur untuk ketiga produk Apple Watch yang netral karbon tersebut menggunakan 100 persen energi bersih?" kata Ma Jun IPE.
Meskipun semakin banyak perusahaan yang mengklaim menggunakan energi bersih, namun sebenarnya sangat sulit melakukan hal ini. Pasalnya, belum ada cukup energi terbarukan seperti energi angin dan tenaga surya yang tersedia. Untuk membuat klaim tersebut, banyak perusahaan termasuk Apple membeli Sertifikat Energi Terbarukan (REC). Sertifikat ini seharusnya mendukung proyek-proyek energi bersih dan membawa lebih banyak pembangkit listrik tenaga surya dan angin, tetapi insentif finansial tidak selalu cukup untuk mewujudkannya.
IPE menunjukkan bahwa ada banyak perhitungan rumit di balik klaim keberlanjutan. Sebagai contoh, alih-alih menggunakan REC untuk mengurangi jejak karbon perusahaan secara keseluruhan, Apple secara teoritis dapat menyatukan REC tersebut dengan produk tertentu sehingga bisa mengklaim bahwa perangkat tertentu netral karbon.
Apple juga mengatakan bahwa produk karbon netral barunya telah disertifikasi oleh pihak ketiga, SCS Global Services. Namun, menurut The Verge, metrik yang paling penting untuk dilihat adalah seluruh jejak lingkungan perusahaan, bukan klaim tentang satu produk saja.
Tanpa data dan transparansi, sulit untuk memastikan apakah sebuah perusahaan memberikan dampak positif terhadap lingkungan atau tidak. Meskipun iterasi tertentu dari Apple Watch sekarang sudah netral karbon, iPhone 15 memiliki jejak karbon yang lebih besar daripada iPhone 14.