Senin 23 Oct 2023 16:50 WIB

Perubahan Iklim, Penyakit yang Disebabkan Parasit di AS Kian Mudah Menyebar

Penyakit yang disebabkan parasit di AS sebelumnya hanya menginfeksi para pelancong.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Penyakit bernama leishmania yang disebabkan parasit, saat ini kian mudah menyebar di Amerika Serikat (AS).
Foto: Reuters
Penyakit bernama leishmania yang disebabkan parasit, saat ini kian mudah menyebar di Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah mengantongi bukti baru terkait sebuah penyakit tropis yang kini menginfeksi warga Amerika Serikat, yang tidak memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri. Sebelumnya, penyakit yang disebut leishmaniasis tersebut hanya ditemukan pada pelancong yang baru saja kembali dari luar negeri.

Penyakit yang disebabkan oleh parasit leishmania menyebar ketika lalat pasir, yang secara historis ditemukan di iklim tropis, menggigit manusia. Lalat pasir yang membawa parasit tersebut juga menginfeksi mamalia lain seperti tikus yang selanjutnya memungkinkan penyebaran lebih luas. Perubahan iklim, menurut beberapa peneliti, mungkin berperan dalam memperluas jangkauan geografis lalat pasir dan jangkauan penyakit ini.

Baca Juga

Parasit itu juga masuk tanpa terdeteksi melalui satu juta anjing yang masuk ke AS setiap tahunnya. Sayangnya, AS tidak memiliki laporan tentang penyakit ini, sehingga sulit untuk memahami prevalensi penyakit leishmaniasis yang tiba-tiba melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Namun temuan baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menunjukkan bahwa kasus-kasus leishmaniasis yang menyebar di AS gejalanya lebih ringan, dan berasal dari jenis parasit yang sedikit berbeda.

"Ini adalah penyakit yang tidak terlalu dipikirkan oleh kita di Amerika Serikat. Tapi ini benar-benar penyakit yang menjadi masalah negara lain,” kata Dr Mary Kamb, seorang ahli epidemiologi medis di Divisi Penyakit Parasit dan Malaria di CDC.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak satu juta orang terkena leishmaniasis kulit setiap tahunnya. Populasi yang terinfeksi sebagian besar berada di daerah dengan iklim yang lebih hangat seperti Mediterania, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Namun, para pejabat kesehatan menduga negara-negara bagian Amerika Selatan yang lebih hangat, termasuk Texas, memiliki kondisi yang lebih cocok bagi lalat pasir untuk berkembang biak dan menularkan penyakit ini.

Penyakit ini dapat merusak kulit manusia dengan borok, yang kadang-kadang membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk muncul setelah seseorang digigit. Penyakit ini dapat meninggalkan bekas luka yang menurut para peneliti dapat membawa stigma sosial di negara-negara berpenghasilan rendah. Untungnya, leishmaniasis kulit tidak menyebabkan kematian atau kecacatan parah.

Belum lama ini, Kamb dan peneliti CDC lainnya mempresentasikan analisis pada konferensi tahunan American Society of Tropical Medicine and Hygiene di Chicago yang mengamati kasus-kasus yang dikirim ke laboratorium CDC untuk pengujian dari tahun 2005 hingga 2019. Temuan CDC didasarkan pada lebih dari 2.000 kasus di seluruh AS, Puerto Rico, dan Kepulauan Virgin AS. 86 orang yang terlibat dalam penelitian ini belum pernah bepergian ke luar negeri sebelum terkena leishmaniasis.

Meskipun kasus yang ditemukan di AS biasanya memiliki strain genetik dari luar negeri, analisis para peneliti CDC menunjukkan bahwa strain parasit yang beredar di AS selama bertahun-tahun sedikit berbeda dengan strain parasit leishmania mexicana yang biasanya ditemukan di Meksiko dan Amerika Tengah.

Temuan ini menunjukkan bahwa strain lokal telah beredar selama beberapa waktu. Karenanya, penulis studi merekomendasikan agar AS mengembangkan skrining yang lebih baik untuk penyakit ini.

Penelitian sebelumnya juga telah menemukan leishmaniasis yang terjadi di AS. Bridget McIlwee, seorang dokter kulit yang kini berbasis di Springfield, Illinois, pernah menangani seorang pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan internasional yang tertular leishmaniasis. Pria itu memiliki tanda benjolan kecil di telinganya.

“Tandanya tidak terlalu mencolok, sehingga hal itu bisa saja disalah artikan sebagai kondisi kesehatan jinak lainnya. Setelah melakukan biopsi pada benjolan tersebut, sampel jaringan cocok dengan leishmaniasis,” kata McIlwee seperti dilansir USA Today, Senin (23/10/2023).

Dalam sebuah studi tahun 2018, McIlwee memeriksa kasus-kasus tambahan, sebagian besar dilaporkan ke Departemen Layanan Kesehatan Negara Bagian Texas, yang memasukkan leishmaniasis sebagai kondisi yang dapat dilaporkan dari tahun 2007 hingga 2017. Sekitar 59 persen dari kasus-kasus tersebut melibatkan pasien yang tidak bepergian ke luar negeri selama 10 tahun.

“Bahkan untuk kasus-kasus yang didiagnosis dokter dengan leishmaniasis, hanya sedikit yang benar-benar dilaporkan kepada pejabat kesehatan masyarakat. Jika tidak diwajibkan untuk dilaporkan, kita akan semakin sulit untuk mengawasinya,” tambah McIlwee.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement