REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati pohon Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof Lina Karlinasari, menilai bahwa aktivitas memaku pohon untuk memasang baliho kampanye caleg/capres menjadi gambaran bahwa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan terutama pohon masih minim. Padahal di tengah pemanasan global seperti saat ini, fungsi pohon menjadi sangat krusial.
Prof Lina mengatakan bahwa dia bersama tim pernah menghitung jumlah paku yang ada pada beberapa pohon saat situasi pilkada beberapa tahun lalu. Hasilnya dalam satu pohon, ia dan tim bisa menjumpai lebih dari 100 paku.
“Sebagian besar paku tersebut tetap ada pada pohon tersebut, bahkan membentuk area lubang yang melebar sekitar paku sehingga memungkinkan air masuk ke dalam pohon. Hal ini tentu saja sangat rentan menyebabkan pelapukan pada pohon,” kata Prof Lina saat dihubungi Republika, dikutip Senin (8/1/2024).
Sebetulnya, kata Prof Lina, bukan hanya terkait baliho saat pilkada namun juga banyak poster iklan komersial yang secara tidak bertanggung jawab dipasang di pohon dengan menggunakan paku. Atas dasar tersebut, ia menilai perlu ada edukasi terhadap masyarakat akan tindakannya menyakiti pohon, karena itu dapat menyebabkan kontribusi terhadap potensi kegagalan pohon pada jangka panjang.
Prof Lina menerangkan, pohon pada dasarnya seperti makhluk hidup lain yang memiliki fungsi tersendiri yang tidak dapat digantikan terutama fungsi ekologis dalam suatu ekosistem atau lanskap.
“Pohon juga dapat merasakan serta merespon ketidaknyaman lingkungannya, sehingga kita perlu mempelajari serta memahami atas kondisi ini dengan baik,” tegas Prof Lina yang juga menjabat sebagai Arboris pada Badan Kejuruan Teknik Kehutan (BKTHut) PII.
Prof Lina menambahkan bahwa kegiatan memaku pohon untuk pemasangan baliho kampanye dapat menyakiti batang pohon. Menurut dia, kegiatan pemakuan ataupun yang sejenis seperti pelubangan dapat merusak jaringan pohon dan menjadi titik masuk bagi organisme lain. Sering kali pemakuan dilakukan hingga mencapai bagian massa kayu atau xylem dan menetap atau tertinggal akibatnya dapat mengganggu proses fisiologis dan metabolisme.