Oleh : M Ishom el-Saha, Wakil Dekan 1 Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Muhammad Ahmed Al-Tayeb dijadualkan melakukan lawatan ke Indonesia pada 8-11 Juli 2024. Kali ini merupakan lawatan ketiga ulama Al-Azhar yang menjadi Ketua Majelis Hukuma al-Muslimin (Muslim Council of Elders) itu ke Indonesia setelah 2016 dan 2018.
Kunjungan pemimpin spiritual Islam terkemuka di dunia kali ini dirasa penting untuk melanjutkan agenda dialog antaragama pada masa transisi kepemimpinan dari presiden Jokowi ke presiden terpilih Probowo Subianto.
Dua kali Grand Syekh Al-Azhar pernah berkunjung ke Indonesia di masa Presiden Jokowi menunjukkan bahwa negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini memiiki prospek baik menjadi pelopor dialog antaragama di kancah internasional.
Rencana kunjungannya di akhir masa jabatan Presiden Jokowi dapat pula dimanfaatkan untuk mengamplifikasi Piagam Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia yang sudah ditandatanani antara Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dengan Pemimpin Gereja Vatikan Paus Fransiskus.
Dampak dari interfaith dialogue yang biasa diselenggarakan saat kunjungan Grand Syekh Al-Azhar ke Indonesia dapat dirasakan selama kepemimpinan Presiden Jokowi. Secara umum konflik antaragama di Indonesia berangsur-angsur menurun.
Termasuk angka indek terorisme, fundamentalisme, radikalisme, dan kekerasan atas nama agama mengalami tren penurunan. Begitu juga alumni-alumni Al-Azhar di Indonesia yang menjadi tokoh local dan nasional kini lebih banyak turut andil dan aktif menyuarakan Islam wasathiyyah dan moderasi beragama, sebab mereka lebih memilih berkiblat dengan manhaj Grand Syekh Al-Azhar.
Oleh sebab itu dalam lawatan ketiganya Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb ke Indonesia untuk bertemu Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, juga dianggap penting diagendakan mempertemukan tokoh tersebut dengan Presiden terpilih Probowo Subianto. Kita berharap dengan diadakan pertemuan itu maka presiden terpilih dapat memperluas dan menguatkan program yang sudah berhasil dilaksanakan oleh presiden sebelumnya.
Masa depan wasathiyah
Ada beberapa alasan Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dipertemukan dengan Presiden terpilih Probowo Subianto. Pertama, sejak kampanye sampai sekarang kita belum banyak mendengar visi membangun dialog antaragama dari presiden terpilih Probowo Subianto.
Kita belum memperoleh kepastian, semisal apakah dilanjutkan program penguatan moderasi beragama yang di zaman presiden Jokowi telah dicanangkan sebagai landasan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024?
Kita tahu bahwa kaitan moderasi beragama dengan kampanye Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia (Wasathiyah) yang disuarakan Grand Syekh Al-Azhar ialah sebagaimana dua sisi mata uang. Keduanya saling beririsan dan mendukung satu sama lain.
Harapan kita dengan mempertemukan Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dipertemukan dengan Presiden terpilih Probowo Subianto maka kita memperoleh komitmen dari pemerintah baru nanti untuk menguatkan dan memperluas dialog antaragama, khususnya di Indonesia.
Kedua, untuk kepentingan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri maka Piagam Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia yang sudah ditandatanani antara Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dengan Pemimpin Gereja Vatikan Paus Fransiskus dapat diamplifikasi untuk meredam konflik Papua.
Diharapkan Piagam yang sudah ditandatangani oleh tokoh spiritual Islam dengan tokoh spiritual katholik itu dapat dijadikan referensi Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mengupayakan penanganan konflik dengan pendekatan kemanusiaan dan keagamaan di wilayah-wilayah seperti Papua.
Ketiga, mempertemukan Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dengan Presiden terpilih Probowo Subianto juga bermanfaat untuk memperkuat diplomasi Islam di kawasan Timur Tengah.