REPUBLIKA.CO.ID, JAISALMER -- Pembangkit listrik tenaga angin di gurun Thar India memasok energi terbarukan bagi negara terpadat di dunia. Namun mereka yang tinggal di gurun itu terdampak keberadaan turbin.
Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan di negara penghasil emisi karbon ketiga dunia dalam upaya meningkatkan kapasitas energi ramah lingkungan. "Perusahaan-perusahaan besar datang ke sini dan membangun turbin angin, tapi itu tidak berguna bagi kami," kata penggembala berusia 65 tahun Nena Ram, seperti dikutip dari France24, Senin (26/8/2024).
Ram menggambarkan sistem pertanian kuno yang dijungkirbalikkan oleh turbin-turbin raksasa. India dilanda cuaca ekstrem yang dipicu perubahan iklim seperti kekeringan, gelombang panas, dan banjir.
Namun, bagi warga yang tinggal di wilayah energi terbarukan diproduksi, mereka merasa harus dikorbankan bagi kebaikan banyak orang. Di barat Negara Bagian Rajasthan, di mana sebagian besar gurun Thar berada, warga kehilangan lahan penggembalaan. Turbin juga merusak hutan suci yang mereka sebut "orans."
Oasis gurun yang dilindungi masyarakat selama berabad-abad menampung air yang sangat penting bagi perekonomian mereka yang bergantung pada peternakan unta, sapi, dan kambing. Namun, para penggembala mengatakan truk-truk konstruksi berat merusak sumber-sumber air, mengurangi padang rumput, dan semakin mengeringkan lahan.
Kontribusi yang diberikan penggembala seperti Ram terhadap gas rumah kaca sangat kecil dibandingkan industri berat raksasa India penghasil asap yang haus batu bara.
Dia tengah berjuang menghadapi tantangan bertubi-tubi. Pertama, ia terpukul konsekuensi perubahan iklim. Kemudian, ia kembali dipukul oleh upaya mitigasi untuk menanggulanginya.
Gurun dipenuhi ratusan turbin (halaman berikutnya)