Rabu 11 Dec 2024 21:25 WIB

Kementerian Kesehatan Beri Penghargaan STBM, POSS, Bandar Udara dan Pelabuhan Terbaik

Penghargaan STBM 2024 terdiri atas tiga kategori.

Rep: Antara/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Jalannya penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Award 2024.
Foto: Dok. Web
Jalannya penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Award 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberikan penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) kepada 42 kabupaten/kota, atas keberhasilan mereka menghentikan praktik buang air besar sembarangan dan mendorong perilaku hidup sehat.

Penghargaan STBM 2024 terdiri atas tiga kategori Paripurna, Madya, dan Pratama. Sebanyak 4 kabupaten/kota paripurna, 15 kabupaten kota/madya dan 23 kabupaten/kota pratama.

Kabupaten Sleman (DIY) dinobatkan sebagai penerima STBM Paripurna terbaik, diikuti Kabupaten Badung (Bali), Kota Metro (Lampung), dan Kota Tangerang (Banten). Untuk kategori STBM Madya, posisi terbaik pertama diraih Kota Surabaya (Jawa Timur). Kota Mojokerto (Jawa Timur) sebagai madya terbaik II dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah) sebagai madya terbaik III.

Kemudian, kategori STBM Pratama, peraih terbaik pertama diraih Kabupaten Sidoarjo (Jawa Timur). Kabupaten Aceh Tamiang (Aceh) sebagai pratama terbaik II dan Kota Palu (Sulawesi Tengah) sebagai pratama terbaik III.

Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dante Saksono Harbuwono, menekankan bahwa keberhasilan STBM hanya dapat dicapai melalui partisipasi aktif masyarakat dalam mengubah perilaku sanitasi.

“Sanitasi yang buruk telah menjadi akar berbagai wabah penyakit sepanjang sejarah, termasuk pandemi Black Death yang menewaskan jutaan orang. Penghargaan ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia mampu menjadi bagian dari solusi dengan memperbaiki kebiasaan sanitasi,” kata Dante dalam acara penghargaan STBM 2024 seperti dinukil pada Rabu (11/12/2024).

Menurut Dante, program berbasis masyarakat seperti STBM menunjukkan efektivitas pendekatan promotif dan preventif dalam menekan angka penyakit akibat sanitasi buruk. Ia juga mengapresiasi sinergi lintas sektor dalam mendukung program ini.

“Kesehatan bukan sekadar tugas pemerintah. Kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya sanitasi menjadi fondasi untuk menciptakan Indonesia yang lebih sehat,” tutur Dante.

Dante berharap acara ini dapat menjadi momentum untuk terus meningkatkan kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan kesehatan lingkungan yang lebih baik. Peran serta masyarakat dalam menjaga sanitasi yang baik penting untuk mencegah wabah penyakit.

“Kolaborasi adalah kunci untuk menghadapi tantangan sanitasi dan kesehatan lingkungan. Mari bersama-sama menciptakan masa depan Indonesia yang lebih sehat, aman, dan berkelanjutan,” ujar Dante.

Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Anas Ma'ruf, menambahkan, penghargaan STBM dan ke dua penghargaan lainnya POSS dan Pelabuhan serta bandar udara sehat diberikan melalui proses seleksi yang ketat. Tahapannya mencakup verifikasi dokumen, survei lapangan, dan pleno penetapan oleh tim lintas kementerian, lembaga, serta mitra pembangunan.

Karena itu, penghargaan ini bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi juga dorongan bagi pemerintah daerah, pelaku usaha, serta penyelenggara fasilitas umum dalam berkomitmen menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan.

"Ini adalah langkah strategis dalam menghadapi tantangan global dan menciptakan Indonesia yang lebih sehat," ungkap Anas.

Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan program keamanan pangan/olahan siap saji yang diterima 10 kabupaten kota antara lain Rembang (Jawa Tengah), Sleman (DIY), Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur).

Sementara itu, Provinsi Papua Barat mendapatkan penghargaan pembina terbaik Program Keamanan Pangan Olahan Siap Saji (POSS) bsrsama dengan Jawa Tengah, yang juga menerima penghargaan stop buang air besar sembarangan 100%.

Untuk penghargaan bandar udara dan pelabuhan sehat yang dilaksanakan melalui kerjasama Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan tujuan untuk mewujudkan pelabuhan dan bandar udara sehat secara berkelanjutan dengan menciptakan lingkungan bersih, aman, nyaman dan ramah bagi para pengguna jasa transportasi serta mendukung keberlanjutan ekonomi dan sosial guna pengurangan dampak lingkungan negatif dan upaya mencegah potensi risiko penyebaran guna peningkatan kualitas kesehatan dan keselamatan kerja.

Dengan demikian pelabuhan dan bandar udara tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi tetapi juga sebagai fasilitas yang mendukung pembangunan berkelanjutan masyarakat disekitarnya. Dari 76 peserta yang mengajukan, Penghargaan diberikan kepada 56 Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat yang terdiri dari: 26 bandar udara sehat: Halim Perdanakusuma (Jakarta), I Gusti Ngurah Rai (Bali), Jenderal Ahamad Yani, Adi Soemarmo, Sultan Muh.Kaharuddin, , Zainuddin Abdul Madjid, Minangkabau (Padang), Sultan Iskandar Muda, Sultan Syarif Kasim II, Raja Haji Fisabilillah , Syamsudin Noor, Gusti Sjamsir Alam, , Sultan Aji Muhammad Sulaiman, , Betoambari, Banyuwangi, Radin Inten II, Sultan Mahmud Baharuddin II, Kertajati, Sam Ratulangi (Manado), Pattimura, El Tari dan Mopah (Merauke), H.AS Hanandjoeddin, Kulon Progo DIY, Tanjung Harapan-Tanjung Selor, Djalaluddin (Gorontalo) dan 22 pelabuhan sehat: Pelabuhan Sunda Kelapa, Para Pare, Benoa, Tanjung Emas, Teluk Bayur, Tanjung Balai Karimun, Pontianak, Boom Baru, Tanjung Intan (Cilacap), Pangkal Balam, Terminal Khusus PLTU Pacitan, TUKS Petrokimia Gresik Terminal Khusus PT Bintan Inti Industrial Estate, Terminal Khusus Bandar Bentan Telani Lagoi, PT Rutmin , Palaran, Badak LNG, PT Pupuk Kaltim, PT Indominco Mandiri, PT Kaltim Prima Coal dan Paiton. Selanjutnya untuk pelabuhan perikanan: dan pelabuhan perikanan sehat yang mendapatkan penghargaan antara lain: Pelabuhan perikanan Nizam zachman (Jakarta), Nusantara Prigi (Trenggalek), Samudera Bungus (padang), Nusantara Karangantu (Banten), Samudera Cilacap dan Kejawanan (Cirebon).

Acara ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang apresiasi, tetapi juga pengingat bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk menghadapi tantangan kesehatan lingkungan dan menciptakan masa depan Indonesia yang lebih sehat dan produktif serta berkelanjutan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement