Senin 13 Jan 2025 14:33 WIB

Rusia Kewalahan Atasi Tumpahan Minyak di Selat Kerch

Minyak dari kapal tanker masih terus menyebar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Relawan membantu membersihkan tumpahan minyak di area pantai yang tercemar akibat kecelakaan kapal tanker, di Rusia.
Foto: AP
Relawan membantu membersihkan tumpahan minyak di area pantai yang tercemar akibat kecelakaan kapal tanker, di Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia membentuk gugus tugas untuk membersihkan tumpahan minyak di Selat Kerch. Minyak yang berasal dari dua kapal tanker yang dihantam badai bulan Desember lalu masih menyebar.

Menteri Situasi Darurat Alexander Kurenkov menjadi bagian dari gugus tugas yang dibentuk setelah pekan lalu Presiden Vladimir Putin menyebut insiden minyak tumpah ini sebagai tantangan lingkungan paling serius yang dihadapi Rusia beberapa tahun terakhir.

Kurenkov mengatakan situasi paling sulit berkembang di dekat Pelabuhan Taman, wilayah Krasnodar. Di lokasi itu, minyak dari kapal tanker Volgoneft-239 masih terus menyebar. Kantor berita RIA Novosti mengutip Kurenkov yang mengatakan masih ada sisa yang keluar dari kapal tanker itu.

Pada Sabtu (11/1/2025), Kementerian Kedaruratan Rusia mengatakan lebih dari 155 ribu ton pasir dan tanah yang terkontaminasi berhasil dikumpulkan sejak minyak dari dua kapal tanker tumpah empat pekan yang lalu.

Pejabat pemerintah yang ditempatkan Rusia di wilayah Zaporizhzhia mengatakan, tumpahan produk minyak berat dan berkualitas rendah yang disebut mazut sudah mencapai Berdyansk Spit yang terletak sekitar 145 kilometer sebelah utara Selat Kerch. Di Aplikasi kirim pesan, Telegram, Gubernur Yevgeny Balistky mengatakan tumpah minyak menutupi area sepanjang 14 1/2 kilometer.

Akhir pekan lalu, Krimea mengumumkan masa darurat untuk seluruh wilayah setelah mereka mendeteksi tumpahan minyak di pesisir Kota Sevastopol yang terletak sekitar 250 kilometer dari Selat Kerch.

"(Rusia) mulai menunjukkan ‘kepeduliannya’ hanya setelah skala bencana menjadi terlalu jelas untuk menyembunyikan konsekuensi yang mengerikan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Heorhii Tykhyi mengenai seruan Putin.

Tykhyi mengatakan langkah Rusia yang awalnya mengabaikan masalah ini, kemudian mengakui ketidakmampuan untuk mengatasinya dan lalu membiarkan seluruh kawasan Laut Hitam menanggungnya menjadi bukti tidak adanya rasa tanggung jawab internasional Rusia. Selat Kerch merupakan jalur perdagangan internasional.

Selat Kerch merupakan rute dari Laut Azov ke Laut Hitam serta titik konflik antara Rusia dan Ukraina setelah Moskow menganeksasi Krimea tahun 2014 lalu. Pada tahun 2016, Ukraina membawa Rusia ke Pengadilan Arbitrase dengan menuduh Moskow mencoba menguasai selat itu dengan ilegal. Pada tahun 2021, Rusia menutup Selat Kerch selama beberapa bulan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement