REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyatakan bahwa Jakarta membutuhkan setidaknya lima unit Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) untuk menangani timbulan sampah yang mencapai 8.000 ton per hari. Jumlah sampah itu jauh melampaui kapasitas tampung fasilitas pengolahan sampah yang ada saat ini.
“Kemarin dari hitungan kita, tapi nanti menunggu arahan bapak Presiden. Untuk menyelesaikan TPST Bantargebang ini diperlukan cukup besarJakarta Butuh 5 PLTSa, Sampah Harian Capai 8.000 Ton, PLTSa-nya. Karena timbulan sampahnya saja sudah 8.000 ton per hari, sementara PLTSa itu didesain 1.000 ton per hari,” ujar Hanif usai meninjau pengelolaan sampah warga RW 03 Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025).
Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan sedikitnya lima PLTSa untuk Jakarta.
Menurut Hanif, Jakarta menjadi prioritas pembangunan PLTSa karena volume sampah hariannya yang sangat besar. Mayoritas sampah tersebut selama ini dibuang ke TPST Bantargebang, yang kapasitasnya sudah melampaui ambang batas.
Ia menjelaskan, ketersediaan sampah yang melimpah justru menjadi peluang agar PLTSa bisa terus beroperasi optimal, sebab bahan bakunya selalu tersedia.
Hanif menambahkan, agar PLTSa berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan bau, sampah yang diolah harus sudah melalui proses pemilahan. Hal ini penting karena PLTSa direncanakan dibangun di dekat kawasan perkotaan.
“Ketiga, mempunyai kapasitas penganggaran yang cukup. Kalau tiga ini dipenuhi, maka mungkin menjadi prioritas untuk kita bangun waste to energy,” ujarnya.
Pemerintah sebelumnya menargetkan pembangunan PLTSa di 33 lokasi sebagai bagian dari strategi pengelolaan sampah nasional. Untuk mendukung rencana tersebut, saat ini sedang dilakukan harmonisasi tiga Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur pengelolaan sampah berbasis teknologi PLTSa.