REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah menegaskan komitmennya dalam menjamin ketahanan air nasional melalui pembangunan infrastruktur, pengendalian banjir, dan pengawasan kualitas lingkungan.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyebut peran pemerintah sebagai fasilitator harus berjalan beriringan dengan kolaborasi lintas sektor.
“Air adalah sumber kehidupan. Tanpa air tidak ada kehidupan. Jadi kalau ada yang tidak peduli dengan air artinya tidak peduli dengan kehidupannya sendiri, termasuk anak cucunya,” kata AHY dalam ESG Now Movement lewat gelaran kick-off Climate Talk di Sarinah, Jakarta, Ahad (28/9/2025).
AHY menjelaskan tiga tantangan besar yang dihadapi Indonesia terkait air. Pertama, kekurangan pasokan saat musim kemarau. Untuk itu, pemerintah fokus membangun bendungan, jaringan irigasi, serta pipa distribusi agar kebutuhan rumah tangga, industri, dan pertanian tetap terpenuhi.
Kedua, ancaman kelebihan air yang berujung banjir. Menurut AHY, buruknya tata ruang dan penurunan tanah di pesisir utara Jawa menjadi faktor utama yang memperburuk kondisi ketika hujan ekstrem atau banjir rob melanda. “Pemerintah berperan memastikan tata ruang yang lebih baik di hulu dan hilir agar risiko banjir bisa ditekan,” ujarnya.
Tantangan ketiga adalah kualitas air yang semakin tercemar. Pemerintah, kata AHY, tidak hanya fokus membangun infrastruktur, tetapi juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan dari limbah industri maupun sampah rumah tangga.
Lebih jauh, AHY menegaskan penyelesaian masalah air memerlukan sinergi lima elemen, yaitu pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media. “Pendekatan lima elemen ini akan sangat efektif menghadirkan solusi yang lebih permanen dan baik untuk kita semua,” tegasnya.
Sebagai bagian dari rangkaian ESG Now Movement: Climate Run, Republika juga meluncurkan komunitas Republika Climate Warriors. Komunitas ini dirancang menjadi wadah aksi bersih-bersih, edukasi, dan advokasi yang fokus pada pelestarian air, danau, dan sungai. Salah satu inisiatif perdananya adalah program Republika Climate Warriors Go to School, yang akan berlangsung pada Jumat, 26 September 2025 di SMP 292 Grogol, Jakarta Barat.
Kegiatan edukasi ini menyasar siswa kelas 7–9 dengan tujuan menanamkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya peran air dan kaitannya dengan krisis iklim. Program ini menghadirkan pameran edukatif, sesi interaktif, serta diskusi tentang energi terbarukan, khususnya potensi hydropower sebagai solusi mitigasi iklim.
“Kami percaya generasi muda adalah kunci dalam membangun perubahan jangka panjang. Melalui Climate Warriors Go to School, kami ingin menumbuhkan agen perubahan yang akan membawa nilai kepedulian air ke masa depan,” ujar Pemimpin Redaksi Republika, Andi Muhyiddin.
Republika menegaskan komitmennya tidak hanya menyampaikan informasi, tapi juga menjadi penggerak perubahan berbasis komunitas. Melalui inisiatif sosial dan kampanye lingkungan, Republika konsisten menjembatani kolaborasi antara warga, sekolah, komunitas, dan pemangku kepentingan.
“Air adalah hak dasar semua orang. Melindungi air berarti melindungi kehidupan. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengingatkan masyarakat bahwa krisis air bukan hanya isu lingkungan, tapi juga isu kesehatan, ekonomi, dan masa depan generasi kita,” kata Dio, perwakilan Republika.
Republika ESG Movement menjadi serangkaian gelaran aksi nyata Republika untuk jaga bumi. Kegiatan meliputi Climate Run, Climate Talk, dan Republika Climate Warriors di Jakarta, Bebersih Leuweung di Bandung Jawa Barat, ESG Now Award 2026, dan ESG Now Goes to COP Brazil 2025.
ESG Now Movement: Climate Run terselenggara berkat dukungan Le Minerale, PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN), PT Pertamina New and Renewable Energy (NRE), PLN Energi Primer Indonesia (EPI), Paragon Corp, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Lica Apparel, Hydroplus, PT Eka Bogainti (Hokben), dan BSI Maslahat.